Kamis, 12 Desember 2013

RESPON TANAMAN TERHADAP PEMUPUKAN LEWAT DAUN (FOLIAR FEEDING)

BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Indonesia pada saat ini kebanyakan para petani dalam melakukan pemupukan banyak melakukannya dari dalam tanah sehingga pemupukan dari dalam tanyah hanya menyerap melalui akar pada tanaman. Pemupukan  dari tanah biasanya kuarang efisien sehingga tidak dapat di serap oleh tanaman. Tanaman juga membutuhkan pemupukan lewat daun.
Pupuk daun adalah bahan-bahan unsure yang di berikan melalui daun dengan cara menyemprotkan pada daun yang akan di pupuk atau dengan cara di siramkan pada kanopi tanam agar mendapat zat-zat yang di perlukan oleh tanaman agar tanaman bisa bertahan dengan dan subur pada daun. Pemupukan lewat daun dilakukan untuk memberikan unsur hara yang keperluannya dalam jumlah sedikit. Pemupukan melalui daun hanyalah sebagai pelengkap dari pemupukan biasa. Meskipun pemupukan lewat daun dilakukan dengan menyemprotkan larutan hara tertentu lewat daun, namun cara ini dapat menggantikan fungsi akar yang biasanya menyerap unsur dari tanah. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk daun antara lain, unsur hara lebih cepat terserap, sehingga tidak mengalami fiksasi, hasilnya lebih cepat terlihat dengan munculnya tunas baru atau kuncup bunga, dan tanah tidak cepat rusak.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dan efisiensi pemupukan adalah dengan menggunakan pupuk alternatif yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan diaplikasikan melalui penyemprotan pada daun. Mekanisme pengambilan unsur hara dengan pemupukan melalui akar kurang efektif terutama untuk pupuk nitrogen, sedangkan pemupukan yang dipandang efektif dan efisien adalah dengan menyemprotkan melalui daun. Larutan hara tanaman langsung dapat segera diserap oleh tanaman dengan sempurna apabila disemprotkan pada daun. Beberapa zat hara yang telah efektif disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro. Sampai sekarang, pemupukan yang banyak dilakukan petani biasanya melalui tanah, sehingga unsur hara tersebut diserap oleh akar tanaman dan ditransformasimenjadi bahan-bahan yang berguna bagi petumbuhannya. Proses masuknya unsure hara melalui daun terjadi melalui lubang stomata. karena adanya difusi dan osmosis.
Hal-hal yang di perlu di perhatikan pada daun ada beberapa factor sepeti :
1.      Pengaruh permukaan daun.
2.      Waktu penyemprotan.
3.      Pengaruh kelembapan dan macam unsure hara.
4.      Adanya lapisan kutin pada permukaan daun.
Pengaruh permukaan daun berhubungan dengan jumlah pori dan stomata pada daun tersebut, kebanyakan permukaan bagian bawah yang banyak dalam menyerap unsure hara dari permukaan yang atas. Penyemprotan yang harus dilakukan pada daun lebih baik dilakukan pada malam hari yang akan menghasilkan penyerapan unsur 3–10 lipatnya di bandingkan dengan penyemprotan pada siang hari dan penyemprotan di lakukan pada pagi hari lebih efektif dengen penyemprotan 3 kali. Kelembapan yang lebih tinggi akan menghasilkan unsur hara yang lebih efektif dan unsur hara mikro akan lebih mudah diserap oleh daun dari pada unsur hara makro. Lapisan kutin pada permukaan daun akan menghalangi absorbs unsur hara yang larut di dalam air.

1. 2 Tujuan
1.      Untuk mengetahui respon pertiumbuhan tanaman akibat pemberian pupuk lewan daun.
2.      Untuk mengetahui konsentrasi pemupukan lewat daun yang cepat (optimum) dengan dosis yang sama pada tanaman.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan lewat daun lebih cepat penyerapan haranya dibandingkan dengan lewat akar. Pupuk daun dapat memberikan atau menambah persediaan hara pada tanaman, Untuk meningkatkan hasil daun yang baik dilakukan penyemprotan pada malam hari dan pagi harin. Pemupukan lewat daun lebih efektif dibandingkan dengan lewat akar, pemupukan pada akar hanya menyerap pada bagian unsure hara yang ada dalam tanah, pemupukan melalui daun hanyalah sebagai pelengkap dari pemupukan biasa. Pemupukan yang optimal dapat dicapai apabila pupuk diberikan dalam jumlah yang sesuai ke-butuhan tanaman. Larutan pupuk yang disemprotkan ke daun akan masuk ke dalam jaringan melalui stomata di permukaan daun sehingga pupuk langsung diserap, zat-zat yang efektif di serap oleh daun seperti N, P, K, S, Ca dan Mg (Nasaruddin, 2011).
Pemberian pupuk daun dapat melengkapi pemberian pupuk yang ada di tanah yang di serap oleh akar. Pemberian pupuk lewat daun mempunyai beberapa kelebihan pada tanaman seperti cepat diserap oleh tanaman dan mudah untuk masuk kedalam stomata. Pemupukan lewat daun, khususnya untuk pemupukan susulan, lebih besar tingkat keberhasilannya jika dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga sampai pada pengisian polong atau buah. Pada fase ini tanaman membutuhkan lebih banyak hara. kandungan unsur hara yang ada pada daun lengkap dan tidak merusak struktur tanah serta berperan dalam pertumbuhannya, agar diperoleh hasil yang baik, maka perlu digunakan dosis pupuk yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut (Abdul, H., 2011).
Terdapat dua cara dalam pemberian pupuk pada tanaman yaitu pemberian melalui akar dan melalui daun. Pemberian pupuk pada tanaman yang melalui daun umumnya menggunakan pupuk cair. Pada saat ini sudah banyak merek tanaman yang di gunakan oleh masyarakat dan merk yang di gunakan di sesuaikan dengan dengan tanaman (Albert, 2008).
Pemupukan pada daun sudah di lakukan beberapakali tes, tes kinerja sebelumnya dalam melakukan tes didalam rumah kaca menggunakan yang sama kombinasi antara tanaman, serangga, dan nematoda untuk membuat prediksi mengenai hasil uji coba lapangan. Dalam pekerjaan sebelumnya di Sistem tembakau, mengganggu ekspresi nikotin daun, menyebabkan peningkatan kinerja serangga daun karet di tanaman nematode rusak, jadi dalam melakukan kegiatan untuk mengetahui daun itu terserang serangga sebaiknya melalukan pemupukan daun dengan serius agar daun yang sudah di semprot dengan pupuk cair lebih mengetahui pupuk cair mana yang cocok untuk daun pada tanaman tertentu (Ian, 2008).
Aplikasi daun juga meningkatkan status gizi daun dibandingkan dengan pupuk diterapkan tanah saja. Pemupukan bagi daun sangat penting buat supaya kondisi daun tersebut bisa meningkatkan kualitas yang baik untuk memperbaiki  status gizi dan peningkatan jumlah bunga, untuk pemupukan daun dengan cara dengan cara di siramkan pada kanopi tanam agar mendapat zat-zat yang di perlukan oleh tanaman agar tanaman bisa bertahan dengan dan subur pada daun (Muhammad, Y., 2013).
Pemupukan lewat daun biasyanya dilakukan agar daun yang di semprot mendapat perangsangan dan penyeprotan pada daun biasanya di lakukan dengan menyeprot bagian daun. Meskipun pemupukan lewat daun baik pada tanaman musiman, akan tetapi belum tentu baik juga untuk tanaman yang berumur panjang atau yang berbunga dan berbuah akan mengakibatkan rusaknya pada tanaman yang sudah berbuah (Heru, 2007).
Kekurangan unsur hara yang ada di dalam tanah juga belum memenuhi unsure hara yang di butuhkan oleh daun maka sebaiknya melakukan penyemprotan yang harus dilakukan pada daun agar kebutuhan unsure hara yang di pada daun terpenuhi, pemupukan pada daun bianya digunakan pada saat pertumbuhan vegatatif tetapi juga sering di gunakan pada masa pertumbuhan generative (Heru, 2007). 
Pupuk daun pada tanaman ada dua yaitu pupuk padat dan pupuk cair, pupuk padat berupa serbuk atau berupa tepung, sedangkan pupuk cair cukup di encerkan di campur, pupuk padat untuk penyeprotan pada daun harus melalui tahap yang harus di lakukan untuk melalukan penyeprotan pupuk padat harus di larutkan dahulu dengan air (Pinus, 2008).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara 2 dengan judul “Respon Tanaman Terhadap Pemupukan Lewat Daun (Foliar Feeding)  ” dilaksanakan pada Sabtu, 26 Oktober 2013 pukul 15.00-17.00 WIB, di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Polibag (60 x 40 cm)
2. Timbangan
3. Sprayer 1000 ml
4. Pipet
5. Gelas ukur
6. Beaker glass

3.2.2 Bahan
1. Bibit tanaman sawi umur 2 minggu
2. Pupuk daun baypolan
3. Pasir Steril
4. Aquadest

3.3 Cara Kerja
2.    Mengisi polibag dengan 5 kg pasir steril dan tanam bibit sawi tanaman yang berumur dua minggu,
3.    Mempersiapkan pupuk daun dengan 4 perlakuan, yaitu 0 ml/l; 1,5 ml/l; 3ml/l; dan 4,5 ml/l aquadest dan menyemprotkan secara merata pada tiap-tiap perlakuan dengan interval 3 hari (satu kali aplikasi penyemprotan) selama 1 bulan,
4.    Memberikan pupuk daun dengan konsentrasi 0 ml/l (kontrol); 1,5 ml/l; 3 ml/l; dan 4,5 ml/l, kemudian menyiram selama dua kali sehari dengan interval 3 hari.
5.    Melakukan pemiliharaan, pemberantasan hama dan penyakit yang mungkin menyerang tanaman sawi.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
            Pengamatan pada tanaman sawi tinggi yang di hasilkan H0 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 3,66 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 5,45 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 3,3 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 3,98 cm. Pada H3 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 7 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 7,58  cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 5,6 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 6,91 cm. Pada H6 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 9,5 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 13,1 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 8,5 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 9,33 cm. Pada H9 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 12,8 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 9 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 9,58cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 15,6 cm. Pada H12 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 13,91 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 11,9 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 13,91 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 14 cm. Pada H15 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 16,83 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 13,95 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 16,16 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 18,25 cm. Pada H18 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 21,83 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 18,37 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 18,08 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 20 cm. Pada H21 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 24,5 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 25,6 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 12,03 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 22,33 cm. Pada H24 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 24,08 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 30,6 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 18,08 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 22,66 cm. Pada pengamtan tinggi tanaman sawi ini yang terbaik adalah perlakuan 0 ml/l dalam peningkatan dari H0-H24 meningkat terus dan yg terburuk adalah perlakuan 1,5 ml/l pada H9 menurun drastis.
            Pengamatan pada tanaman sawi jumlah daun yang di hasilkan H0 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 6 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 5, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 5, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 5. Pada H3 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 6 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 6, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 6, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 6. Pada H6 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 7 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 6, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 7, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 6. Pada H9 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 8 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 6, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 8, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 9. Pada H12 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 8 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 8, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 8, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 8. Pada H15 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 10 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 9, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 9, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 8. Pada H18 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 13, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 9, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 10, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 9. Pada H21 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 14, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 9, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 12, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 8. Pada H24 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 11, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 11, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 12, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 10. perlakuan yang terbaik perlakuan 3 ml/l yang dari H0-H24 mengalami kenaikan terus bertambah jumlah daun, sedangkan yang terburuk pada perlakuan 4,5ml/l yang jumlah daunnya bertambah terus menurun.
Pengamatan pada tanaman sawi panjang daun yang di hasilkan H0 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 1,36 cm, sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 0,8 cm. Pada H3 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 2,78 sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 1,1 cm. Pada H6 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 6,45cm, sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 1,7 cm. Pada H9 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 3,43 cm  sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 2,8 cm. Pada H12 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 5,33 cm  sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 3,58 cm. Pada H15 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 5,8 cm  sedangkan yang buruk 0 ml/l panjangnya 4,13 cm. Pada H18 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 6,3 cm  sedangkan yang buruk 0 ml/l dan 3 ml/l  panjangnya 5 cm. Pada H21 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 7,12 cm  sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 4,83 cm. Pada H24 yang terbaik pada perlakuan 0 ml/l panjangnya 8,43 cm, sedangkan yang buruk 4,5 ml/l panjangnya 6,22 cm.
Pengamatan panjang akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 0 ml/l ulangan 1 dengan panjang 19 cm, yang terburuk pada perlakuan 1,5 ml/l  dengan panjang 8 cm. Panjang akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 0 ml/l ulangan 2 dengan panjang 32 cm, yang terburuk pada perlakuan 1,5 ml/l  dengan panjang 7 cm. Panjang akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 4,5 ml/l ulangan 3 dengan panjang 22 cm, yang terburuk pada perlakuan 1,5 ml/l  dengan panjang 5 cm.
Pengamatan jumlah akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l ulangan 1 dengan panjang 86, yang terburuk pada perlakuan 3 ml/l  dengan panjang 21 cm. Jumlah akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l ulangan 2 dengan panjang 63, yang terburuk pada perlakuan 3 ml/l  dengan panjang 18 cm. Jumlah akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 4,5 ml/l ulangan 3 dengan panjang 39, yang terburuk pada perlakuan 3 ml/l  dengan panjang 18 cm.
Pemberian pupuk bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, sehingga pupuk diberikan pada saat yang menunjukkan sejumlah kebutuhan tanaman akan pupuk itu agar diperoleh keuntungan yang tinggi. Selain itu pemupukan bertujuan  untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Pupuk adalah senyawa yang diberikan kedalam tanah atu bagian lain tanamn yang dapat mempertahankan atau menambah kesuburan tanah.
Pemupukan melalui daun memberikan pengaruh yang lebih cepat terhadap tanaman dibanding lewat akar. Kecepatan penyerapan hara juga dipengaruhi oleh status hara dalam tanah. Bila kadar hara dalam tanah rendah maka penyerapan unsur hara melalui daun relatif lebih cepat dan sebaliknya bila kadar hara dalam tanah tinggi maka penyerapan unsur hara melalui daun relative rendah.  Pupuk daun merupakan pupuk organik yang mengandung unsur makro dan mikro (tunggal dan majemuk) dalam bentuk padat atau cair yang dapat langsung diserap oleh daun tanaman Pemupukan lewat daun ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pemupukan lewat daun ini diantaranya adalah penyerapan unsure haranya lebih cepat, bisa ditambahkan unsur mikro, karena pupuk (kimia) yang dilewatkan akar kebanyakan hanya megandung unsur hara makro saja, kecuali kalau tanah sering diberi pupuk organik maka pupuk hara mikro tersedia juga. Tidak terjadi pengikatan unsur hara seperti halnya tanah dimana sebagian unsur hara akan diikat dengan kuat oleh partikel tanah dan sulit untuk dilepaskan sehingga tanah akan terhindar dari kerusakan.
Penyemprotan pupuk lewat daun ini sebaiknya di berikan pada bagian bawah permukaan daun. Karena stomata daun lebih banya terdapat dibawah permukaan daun. Dan penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atu sore hari. Hal ini berkaitan dengan sinar matahari yang diterima tanaman, bila terlalu panas maka daun akan mengalami penguapan yang besar dan semua unsure yang disemprotkan akan ikut menguap juga. Jadi semua akan sia-sia sebab semua unsure yang diberikan tidak dapat digunakan atau diserap tanaman secara efektif.
Hubungan teknik pemupukan lewat daun dengan teknologi inovasi pertanian, dengan adanya pemupukan lewat daun ini maka proses prtumbuhan dan kekurangan unsur hara yang di butuhkan oleh daun bisa terpenuhi dengan adanya pemupukan lewat daun bisa juga memacu kesegaran pada tanaman dan juga tanaman jarang di serang oleh hama.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengamatan yang sudah dilakukan tinggi tanaman sawi yang terbaik 0 ml/l dalam peningkatan dari H0-H24 meningkat terus dan yg terburuk adalah perlakuan 1,5 ml/l pada H9 menurun drastis, untuk jumlah daun yang terbaik perlakuan 3 ml/l yang dari H0-H24 mengalami kenaikan terus bertambah jumlah daun, sedangkan yang terburuk pada perlakuan 4,5ml/l yang jumlah daunnya bertambah terus menurun. Untuk panjang daun yang terbaik pada perlakuan 0 ml/l yang pada H0-H24 pajang daunnya terus meningkat,  Panjang akar yang terbaik di lihat dari rata-rata 0 ml/l yang terbaik dan yang terburuk pada 1,5 ml/l. Jumlah akar yang terbaik di lihat dari rata-rata 1,5  ml/l yang terbaik dan yang terburuk pada 3 ml/l.
5.2 Saran
            Jadi untuk melakukan praktikum ini dilakukan dengan teliti agar penyemprotan lewat dau atau pemupukan lewat daun bisa terjamin dan terjaga sehingga unsur hara yang d butuhkan oleh daun bisa serap melewati stomata yang ada di bwah daun tersebut, dan perawatan pada tanaman tersebut harus di jaga agar hama atau penyakit bisa terlihat dan bisa di atasi langsung.






DAFTAR PUSTAKA
Halim, A., 2011. Pengelolaan Mulsa Jerami Padi dari Pertanaman Sebelumnya dan Pemupukan Lewat Daun untuk Peningkatan Produktivitas Kedelai dan Pendapatan Petani pada Sawah Tadah Hujan. Agrisistem, 7(1): 1-3.
Kaplan, I., Sandra Sardanelli and Robert F. Denno. 2009. Field Evidence for Indirect Interactions Between Foliar-Feeding Insect and Root-Feeding Nematode Communities on Nicotiana Tabacum. Ecological Entomology, 34: 1-2.
Lingga, P., Marsono. 2008. Petunjuk Pengguna Pupuk. Depok. Penebar Swadaya.
Nasaruddin., Rosmawati. 2011. Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Hasil Fermentasi Daun Gamal, Batang Pisang dan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Agrisistem, 7(1): 1-6.
Prihmantoro, H. 2007. Memupuk Tanaman Buah. Depok. Penebar Swadaya.
Prihmantoro, H. 2007. Memupuk Tanaman Sayur. Depok. Penebar Swadaya.
Wawo, A.H., Fauzia Syarif, dan Budiardjo. 2008. Peranan Pohon Induk dan Pengaruh Pemupukan Daun Terhadap Pola Pertumbuhan Semai Cendana (Santalum album L.). Berk. Penel. Hayati, 14: 55–61.
Yaseen, M., Wazir Ahmed dan Muhammad Shahbaz. 2013. Role of Foliar Feeding of Micronutrients in Yield Maximization of Cotton in Punjab. Turk J Agric, 37: 1-2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar