BAB
1. PENDAHULUAN
1.2
Latar Belakang
Indonesia pada saat ini
kebanyakan para petani dalam melakukan pemupukan banyak melakukannya dari dalam
tanah sehingga pemupukan dari dalam tanyah hanya menyerap melalui akar pada
tanaman. Pemupukan dari tanah biasanya
kuarang efisien sehingga tidak dapat di serap oleh tanaman. Tanaman juga
membutuhkan pemupukan lewat daun.
Pupuk daun adalah
bahan-bahan unsure yang di berikan melalui daun dengan cara menyemprotkan pada
daun yang akan di pupuk atau dengan cara di siramkan pada kanopi tanam agar
mendapat zat-zat yang di perlukan oleh tanaman agar tanaman bisa bertahan
dengan dan subur pada daun. Pemupukan lewat daun dilakukan untuk memberikan
unsur hara yang keperluannya dalam jumlah sedikit. Pemupukan melalui daun
hanyalah sebagai pelengkap dari pemupukan biasa. Meskipun pemupukan lewat daun
dilakukan dengan menyemprotkan larutan hara tertentu lewat daun, namun cara ini
dapat menggantikan fungsi akar yang biasanya menyerap unsur dari tanah.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk daun antara lain, unsur
hara lebih cepat terserap, sehingga tidak mengalami fiksasi, hasilnya lebih
cepat terlihat dengan munculnya tunas baru atau kuncup bunga, dan tanah tidak
cepat rusak.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi tanaman dan efisiensi pemupukan adalah dengan menggunakan
pupuk alternatif yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan diaplikasikan melalui
penyemprotan pada daun. Mekanisme pengambilan unsur hara dengan pemupukan
melalui akar kurang efektif terutama untuk pupuk nitrogen, sedangkan pemupukan
yang dipandang efektif dan efisien adalah dengan menyemprotkan melalui daun.
Larutan hara tanaman langsung dapat segera diserap oleh tanaman dengan sempurna
apabila disemprotkan pada daun. Beberapa zat hara yang telah efektif
disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro.
Sampai sekarang, pemupukan yang banyak dilakukan petani biasanya melalui tanah,
sehingga unsur hara tersebut diserap oleh akar tanaman dan ditransformasimenjadi
bahan-bahan yang berguna bagi petumbuhannya. Proses masuknya unsure hara
melalui daun terjadi melalui lubang stomata. karena adanya difusi dan osmosis.
Hal-hal yang di perlu
di perhatikan pada daun ada beberapa factor sepeti :
1. Pengaruh
permukaan daun.
2. Waktu
penyemprotan.
3. Pengaruh
kelembapan dan macam unsure hara.
4. Adanya
lapisan kutin pada permukaan daun.
Pengaruh
permukaan daun berhubungan dengan jumlah pori dan stomata pada daun tersebut,
kebanyakan permukaan bagian bawah yang banyak dalam menyerap unsure hara dari
permukaan yang atas. Penyemprotan yang harus dilakukan pada daun lebih baik
dilakukan pada malam hari yang akan menghasilkan penyerapan unsur 3–10 lipatnya
di bandingkan dengan penyemprotan pada siang hari dan penyemprotan di lakukan
pada pagi hari lebih efektif dengen penyemprotan 3 kali. Kelembapan yang lebih
tinggi akan menghasilkan unsur hara yang lebih efektif dan unsur hara mikro
akan lebih mudah diserap oleh daun dari pada unsur hara makro. Lapisan kutin
pada permukaan daun akan menghalangi absorbs unsur hara yang larut di dalam
air.
1.
2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui respon pertiumbuhan tanaman akibat pemberian pupuk lewan daun.
2. Untuk
mengetahui konsentrasi pemupukan lewat daun yang cepat (optimum) dengan dosis
yang sama pada tanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan lewat daun lebih cepat penyerapan haranya
dibandingkan dengan lewat akar. Pupuk daun dapat memberikan atau menambah
persediaan hara pada tanaman, Untuk meningkatkan hasil daun yang baik dilakukan
penyemprotan pada malam hari dan pagi harin. Pemupukan lewat daun lebih efektif
dibandingkan dengan lewat akar, pemupukan pada akar hanya menyerap pada bagian
unsure hara yang ada dalam tanah, pemupukan melalui daun hanyalah sebagai
pelengkap dari pemupukan biasa. Pemupukan yang optimal dapat dicapai apabila
pupuk diberikan dalam jumlah yang sesuai ke-butuhan tanaman. Larutan pupuk yang
disemprotkan ke daun akan masuk
ke dalam jaringan melalui stomata di permukaan daun sehingga pupuk langsung
diserap, zat-zat yang efektif di serap oleh daun seperti N, P, K, S, Ca dan Mg (Nasaruddin,
2011).
Pemberian pupuk daun dapat melengkapi pemberian
pupuk yang ada di tanah yang di serap oleh akar. Pemberian pupuk lewat daun
mempunyai beberapa kelebihan pada tanaman seperti cepat diserap oleh tanaman
dan mudah untuk masuk kedalam stomata. Pemupukan lewat daun, khususnya untuk
pemupukan susulan, lebih besar tingkat keberhasilannya jika dilakukan pada
waktu tanaman mulai berbunga sampai pada pengisian polong atau buah. Pada fase
ini tanaman membutuhkan lebih banyak hara. kandungan unsur hara yang ada pada
daun lengkap dan tidak merusak struktur tanah serta berperan dalam pertumbuhannya,
agar diperoleh hasil yang baik, maka perlu digunakan dosis pupuk yang tepat,
sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut (Abdul, H., 2011).
Terdapat dua cara dalam pemberian pupuk pada tanaman
yaitu pemberian melalui akar dan melalui daun. Pemberian pupuk pada tanaman
yang melalui daun umumnya menggunakan pupuk cair. Pada saat ini sudah banyak merek
tanaman yang di gunakan oleh masyarakat dan merk yang di gunakan di sesuaikan
dengan dengan tanaman (Albert, 2008).
Pemupukan pada daun sudah di lakukan beberapakali tes,
tes kinerja sebelumnya dalam melakukan tes didalam rumah kaca menggunakan yang
sama kombinasi antara tanaman, serangga, dan nematoda untuk membuat prediksi
mengenai hasil uji coba lapangan. Dalam pekerjaan sebelumnya di Sistem
tembakau, mengganggu ekspresi nikotin daun, menyebabkan peningkatan kinerja
serangga daun karet di tanaman nematode rusak, jadi dalam melakukan kegiatan
untuk mengetahui daun itu terserang serangga sebaiknya melalukan pemupukan daun
dengan serius agar daun yang sudah di semprot dengan pupuk cair lebih
mengetahui pupuk cair mana yang cocok untuk daun pada tanaman tertentu (Ian,
2008).
Aplikasi daun juga meningkatkan status gizi daun dibandingkan
dengan pupuk diterapkan tanah saja. Pemupukan bagi daun sangat penting buat
supaya kondisi daun tersebut bisa meningkatkan kualitas yang baik untuk
memperbaiki status gizi dan peningkatan
jumlah bunga, untuk pemupukan daun dengan cara dengan cara di siramkan pada
kanopi tanam agar mendapat zat-zat yang di perlukan oleh tanaman agar tanaman
bisa bertahan dengan dan subur pada daun (Muhammad, Y., 2013).
Pemupukan lewat daun biasyanya dilakukan agar daun
yang di semprot mendapat perangsangan dan penyeprotan pada daun biasanya di
lakukan dengan menyeprot bagian daun. Meskipun pemupukan lewat daun baik pada
tanaman musiman, akan tetapi belum tentu baik juga untuk tanaman yang berumur
panjang atau yang berbunga dan berbuah akan mengakibatkan rusaknya pada tanaman
yang sudah berbuah (Heru, 2007).
Kekurangan unsur hara yang ada di dalam tanah juga
belum memenuhi unsure hara yang di butuhkan oleh daun maka sebaiknya melakukan
penyemprotan yang harus dilakukan pada daun agar kebutuhan unsure hara yang di pada
daun terpenuhi, pemupukan pada daun bianya digunakan pada saat pertumbuhan
vegatatif tetapi juga sering di gunakan pada masa pertumbuhan generative (Heru,
2007).
Pupuk daun pada tanaman ada dua yaitu pupuk padat
dan pupuk cair, pupuk padat berupa serbuk atau berupa tepung, sedangkan pupuk
cair cukup di encerkan di campur, pupuk padat untuk penyeprotan pada daun harus
melalui tahap yang harus di lakukan untuk melalukan penyeprotan pupuk padat
harus di larutkan dahulu dengan air (Pinus, 2008).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
acara 2 dengan judul “Respon Tanaman Terhadap Pemupukan Lewat Daun (Foliar
Feeding) ” dilaksanakan pada
Sabtu, 26 Oktober 2013 pukul 15.00-17.00 WIB, di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Polibag (60 x 40 cm)
2. Timbangan
3. Sprayer 1000 ml
4. Pipet
5. Gelas ukur
6. Beaker glass
3.2.2
Bahan
1. Bibit tanaman sawi umur 2
minggu
2. Pupuk daun baypolan
3. Pasir Steril
4. Aquadest
3.3 Cara Kerja
2.
Mengisi
polibag dengan 5 kg pasir steril dan tanam bibit sawi tanaman yang berumur dua
minggu,
3.
Mempersiapkan
pupuk daun dengan 4 perlakuan, yaitu 0 ml/l; 1,5 ml/l; 3ml/l; dan 4,5 ml/l
aquadest dan menyemprotkan secara merata pada tiap-tiap perlakuan dengan
interval 3 hari (satu kali aplikasi penyemprotan) selama 1 bulan,
4.
Memberikan
pupuk daun dengan konsentrasi 0 ml/l (kontrol); 1,5 ml/l; 3 ml/l; dan 4,5 ml/l,
kemudian menyiram selama dua kali sehari dengan interval 3 hari.
5.
Melakukan
pemiliharaan, pemberantasan hama dan penyakit yang mungkin menyerang tanaman
sawi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pengamatan pada tanaman sawi tinggi yang di hasilkan H0
perlakuan 0 ml/l dihasilkan 3,66 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 5,45 cm,
perlakuan 3 ml/l dihasilkan 3,3 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 3,98 cm. Pada
H3 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 7 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 7,58 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 5,6 cm,
perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 6,91 cm. Pada H6 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 9,5
cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 13,1 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 8,5 cm,
perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 9,33 cm. Pada H9 perlakuan 0 ml/l dihasilkan 12,8
cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 9 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan 9,58cm,
perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 15,6 cm. Pada H12 perlakuan 0 ml/l dihasilkan
13,91 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 11,9 cm, perlakuan 3 ml/l dihasilkan
13,91 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 14 cm. Pada H15 perlakuan 0 ml/l
dihasilkan 16,83 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 13,95 cm, perlakuan 3 ml/l
dihasilkan 16,16 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 18,25 cm. Pada H18 perlakuan
0 ml/l dihasilkan 21,83 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 18,37 cm, perlakuan
3 ml/l dihasilkan 18,08 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 20 cm. Pada H21 perlakuan
0 ml/l dihasilkan 24,5 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 25,6 cm, perlakuan 3
ml/l dihasilkan 12,03 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 22,33 cm. Pada H24
perlakuan 0 ml/l dihasilkan 24,08 cm, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan 30,6 cm,
perlakuan 3 ml/l dihasilkan 18,08 cm, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan 22,66 cm.
Pada pengamtan tinggi tanaman sawi ini yang terbaik adalah perlakuan 0 ml/l
dalam peningkatan dari H0-H24 meningkat terus dan yg terburuk adalah perlakuan
1,5 ml/l pada H9 menurun drastis.
Pengamatan pada tanaman sawi jumlah
daun yang di hasilkan H0 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 6 , perlakuan 1,5
ml/l dihasilakan sebanyak 5, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 5, perlakuan
4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 5. Pada H3 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 6
, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 6, perlakuan 3 ml/l dihasilkan
sebanyak 6, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 6. Pada H6 perlakuan 0 ml/l
dihasilkan sebanyak 7 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 6, perlakuan 3
ml/l dihasilkan sebanyak 7, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 6. Pada H9
perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 8 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan
sebanyak 6, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 8, perlakuan 4,5 ml/l
dihasilkan sebanyak 9. Pada H12 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 8 ,
perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 8, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak
8, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 8. Pada H15 perlakuan 0 ml/l
dihasilkan sebanyak 10 , perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 9, perlakuan 3
ml/l dihasilkan sebanyak 9, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 8. Pada H18
perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 13, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan
sebanyak 9, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak 10, perlakuan 4,5 ml/l
dihasilkan sebanyak 9. Pada H21 perlakuan 0 ml/l dihasilkan sebanyak 14,
perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 9, perlakuan 3 ml/l dihasilkan sebanyak
12, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 8. Pada H24 perlakuan 0 ml/l
dihasilkan sebanyak 11, perlakuan 1,5 ml/l dihasilakan sebanyak 11, perlakuan 3
ml/l dihasilkan sebanyak 12, perlakuan 4,5 ml/l dihasilkan sebanyak 10.
perlakuan yang terbaik perlakuan 3 ml/l yang dari H0-H24 mengalami kenaikan
terus bertambah jumlah daun, sedangkan yang terburuk pada perlakuan 4,5ml/l
yang jumlah daunnya bertambah terus menurun.
Pengamatan
pada tanaman sawi panjang daun yang di hasilkan H0 yang terbaik pada perlakuan
1,5 ml/l panjangnya 1,36 cm, sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 0,8 cm.
Pada H3 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 2,78 sedangkan yang
buruk 3 ml/l panjangnya 1,1 cm. Pada H6 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l
panjangnya 6,45cm, sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 1,7 cm. Pada H9 yang
terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 3,43 cm sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 2,8
cm. Pada H12 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 5,33 cm sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 3,58
cm. Pada H15 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 5,8 cm sedangkan yang buruk 0 ml/l panjangnya 4,13
cm. Pada H18 yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 6,3 cm sedangkan yang buruk 0 ml/l dan 3 ml/l panjangnya 5 cm. Pada H21 yang terbaik pada
perlakuan 1,5 ml/l panjangnya 7,12 cm
sedangkan yang buruk 3 ml/l panjangnya 4,83 cm. Pada H24 yang terbaik
pada perlakuan 0 ml/l panjangnya 8,43 cm, sedangkan yang buruk 4,5 ml/l
panjangnya 6,22 cm.
Pengamatan
panjang akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 0 ml/l ulangan 1
dengan panjang 19 cm, yang terburuk pada perlakuan 1,5 ml/l dengan panjang 8 cm. Panjang akar pada
tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 0 ml/l ulangan 2 dengan panjang 32 cm,
yang terburuk pada perlakuan 1,5 ml/l
dengan panjang 7 cm. Panjang akar pada tanaman sawi yang terbaik pada
perlakuan 4,5 ml/l ulangan 3 dengan panjang 22 cm, yang terburuk pada perlakuan
1,5 ml/l dengan panjang 5 cm.
Pengamatan
jumlah akar pada tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l ulangan 1
dengan panjang 86, yang terburuk pada perlakuan 3 ml/l dengan panjang 21 cm. Jumlah akar pada
tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan 1,5 ml/l ulangan 2 dengan panjang 63,
yang terburuk pada perlakuan 3 ml/l
dengan panjang 18 cm. Jumlah akar pada tanaman sawi yang terbaik pada
perlakuan 4,5 ml/l ulangan 3 dengan panjang 39, yang terburuk pada perlakuan 3
ml/l dengan panjang 18 cm.
Pemberian
pupuk bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, sehingga
pupuk diberikan pada saat yang menunjukkan sejumlah kebutuhan tanaman akan
pupuk itu agar diperoleh keuntungan yang tinggi. Selain itu pemupukan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah
agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan tanaman. Pupuk adalah senyawa yang diberikan kedalam
tanah atu bagian lain tanamn yang dapat mempertahankan atau menambah kesuburan
tanah.
Pemupukan
melalui daun memberikan pengaruh yang lebih cepat terhadap tanaman dibanding
lewat akar. Kecepatan penyerapan hara juga dipengaruhi oleh status hara dalam
tanah. Bila kadar hara dalam tanah rendah maka penyerapan unsur hara melalui
daun relatif lebih cepat dan sebaliknya bila kadar hara dalam tanah tinggi maka
penyerapan unsur hara melalui daun relative rendah. Pupuk daun merupakan pupuk organik yang
mengandung unsur makro dan mikro (tunggal dan majemuk) dalam bentuk padat atau
cair yang dapat langsung diserap oleh daun tanaman Pemupukan lewat daun ini
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pemupukan lewat daun ini
diantaranya adalah penyerapan unsure haranya lebih cepat, bisa ditambahkan
unsur mikro, karena pupuk (kimia) yang dilewatkan akar kebanyakan hanya
megandung unsur hara makro saja, kecuali kalau tanah sering diberi pupuk
organik maka pupuk hara mikro tersedia juga. Tidak terjadi pengikatan unsur
hara seperti halnya tanah dimana sebagian unsur hara akan diikat dengan kuat
oleh partikel tanah dan sulit untuk dilepaskan sehingga tanah akan terhindar
dari kerusakan.
Penyemprotan
pupuk lewat daun ini sebaiknya di berikan pada bagian bawah permukaan daun.
Karena stomata daun lebih banya terdapat dibawah permukaan daun. Dan
penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atu sore hari. Hal ini
berkaitan dengan sinar matahari yang diterima tanaman, bila terlalu panas maka
daun akan mengalami penguapan yang besar dan semua unsure yang disemprotkan
akan ikut menguap juga. Jadi semua akan sia-sia sebab semua unsure yang
diberikan tidak dapat digunakan atau diserap tanaman secara efektif.
Hubungan
teknik pemupukan lewat daun dengan teknologi inovasi pertanian, dengan adanya
pemupukan lewat daun ini maka proses prtumbuhan dan kekurangan unsur hara yang
di butuhkan oleh daun bisa terpenuhi dengan adanya pemupukan lewat daun bisa
juga memacu kesegaran pada tanaman dan juga tanaman jarang di serang oleh hama.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengamatan yang sudah dilakukan tinggi tanaman sawi yang
terbaik 0 ml/l dalam peningkatan dari H0-H24 meningkat terus dan yg terburuk
adalah perlakuan 1,5 ml/l pada H9 menurun drastis, untuk jumlah daun yang
terbaik perlakuan 3 ml/l yang dari H0-H24 mengalami kenaikan terus bertambah
jumlah daun, sedangkan yang terburuk pada perlakuan 4,5ml/l yang jumlah daunnya
bertambah terus menurun. Untuk panjang daun yang terbaik pada perlakuan 0 ml/l
yang pada H0-H24 pajang daunnya terus meningkat, Panjang akar yang terbaik di lihat dari
rata-rata 0 ml/l yang terbaik dan yang terburuk pada 1,5 ml/l. Jumlah akar yang
terbaik di lihat dari rata-rata 1,5 ml/l
yang terbaik dan yang terburuk pada 3 ml/l.
5.2 Saran
Jadi untuk melakukan praktikum ini dilakukan dengan teliti
agar penyemprotan lewat dau atau pemupukan lewat daun bisa terjamin dan terjaga
sehingga unsur hara yang d butuhkan oleh daun bisa serap melewati stomata yang
ada di bwah daun tersebut, dan perawatan pada tanaman tersebut harus di jaga
agar hama atau penyakit bisa terlihat dan bisa di atasi langsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Halim, A., 2011.
Pengelolaan Mulsa Jerami Padi dari
Pertanaman Sebelumnya dan Pemupukan Lewat Daun untuk Peningkatan Produktivitas
Kedelai dan Pendapatan Petani pada Sawah Tadah Hujan. Agrisistem, 7(1): 1-3.
Kaplan, I., Sandra Sardanelli and Robert F. Denno. 2009. Field Evidence
for Indirect Interactions Between Foliar-Feeding Insect and Root-Feeding
Nematode Communities on Nicotiana Tabacum. Ecological
Entomology, 34: 1-2.
Lingga, P., Marsono. 2008. Petunjuk
Pengguna Pupuk. Depok. Penebar Swadaya.
Nasaruddin., Rosmawati. 2011. Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Hasil
Fermentasi Daun Gamal, Batang Pisang dan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan
Bibit Kakao. Agrisistem, 7(1): 1-6.
Prihmantoro, H. 2007. Memupuk
Tanaman Buah. Depok. Penebar Swadaya.
Prihmantoro, H. 2007. Memupuk
Tanaman Sayur. Depok. Penebar Swadaya.
Wawo, A.H., Fauzia Syarif, dan Budiardjo. 2008. Peranan Pohon Induk dan
Pengaruh Pemupukan Daun Terhadap Pola Pertumbuhan Semai Cendana (Santalum album
L.). Berk. Penel. Hayati, 14: 55–61.
Yaseen, M., Wazir Ahmed dan Muhammad Shahbaz. 2013. Role of Foliar
Feeding of Micronutrients in Yield Maximization of Cotton in Punjab. Turk J Agric, 37: 1-2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar