Kamis, 12 Desember 2013

APLIKASI MEDIA UNTUK UJI KUALITATIF PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Hidroponik (hydroponic) berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus
yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik memiliki arti memberdayakan air. Hidroponik juga didefinisikan sebagai soilless culture atau budi daya tanaman
tanpa media tanah. Berbagai macam sistem hidroponik telah diciptakan dan dikembangkan menjadi sebuah sistem bercocok tanam yang mampu berdiri sendiri (independent) maupun sistem bercocok tanam yang terintegrasi dengan sistem elektronik canggih. Metode bercocok tanam secara hidroponik ini berbeda dengan metode bercocok tanam didalam rumah kaca (greenhouse), meskipun banyak budidaya hidroponik dilakukan didalam rumah kaca. Penggunaan rumah kaca dalam system hidroponik lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor tertentu seperti ekosistem yang lebih mudah dikendalikan, keterbatasan lahan, variasi jenis tanaman dalam satu lahan dan lain-lain.
Secara prinsip, teknik dasar untuk pembibitan anak semai dalam system hidroponik tetap menggunakan hidroponik Substrat. Sedangkan teknik hidroponik
yang lainnya seperti teknik NFT (Nutrient Film Technic), Ebb and Flow, Aeroponik, DFT (Deep Flow Technic), DFT plus Aerator, Hidroponic Sifon dan Top Feeding merupakan metode penyiraman dan metode tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman. Teknik NFT merupakan salah satu teknik yang paling berhasil dan banyak digunakan karena memiliki effisiensi tinggi pada saat digunakan dalam penanaman, budidaya anak semai berumur dua minggu keatas. Selain itu lahan tanam untuk teknik NFT tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (terbuat dari plastik PVC) dan dapat dikonfigurasikan sebagai sistem penyiraman yang tidak memungut kembali kelebihan aliran larutan hara (drain to wash) maupun system penyiraman yang mensirkulasikan kembali kelebihan larutan hara (aquaponic). Sayangnya model talang PVC khusus untuk NFT tidak tersedia di Indonesia dan harus dicari model penggantinya. Bahan-bahan seperti fiberglass, multiplex, dan papan kayu telah dicoba di IPB Bogor, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Berdasar pengujian yang telah dilakukan, kondisi ini lebih banyak disebabkan karena spesifikasi teknik talang PVC khusus untuk NFT tidak dipublikasikan secara luas dan tidak dijual secara bebas. Selain itu, hal penting yang mempengaruhi hasil teknik ini adalah penggunaaan timer standart (sebagai pengatur metode penyiraman otomatis), sehingga proses penyiraman tanaman tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman itu sendiri (terjadi pemborosan air dan nutrisi).

1.2  Tujuan
Mengerti dan memahami pemanfaatan media tanam non tanah dalam budidaya secara hidroponik serta mengkaji respon dari media yang ada terhadap pertumbuhan tanaman.




















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Selama ini pupuk yang umum digunakan dalam sistem budidaya hidroponik adalah pupuk khusus hidroponik seperti Joro A dan B, AB Mix A dan B, Margaflor, Growmore dan lainnya. Sementara bila dilihat kandungan hara yang ada dalam pupuk hidroponik dengan pupuk pelengkap cair (PPC) yang beredar dipasaran adalah sama, yaitu sama-sama mengandung hara makro dan mikro (Sormin at al, 2010). Berbeda dengan cara penanaman biasa, bila pada penanaman biasa yang digunakan adalah media tanah, pada tanaman hidroponik media yang digunakan bukanlah media tanah, tetapi dapat berupa batu apung, air, arang sekam, dan pasir. Keuntungan yang diperoleh pun cukup berlimpah, diantaranya adalah tanaman menjadi lebih bersih, tidak membutuhkan tempat yang luas, dan lain-lain. Tanaman dapat ditanam dengan metode ini antara lain, jenis sayuran (contoh: selada, caysim, bayam, kangkung), jenis sayuran buah (contoh: tomat, terong, mentimun), dan lain-lain.
            Kecepatan dari penyerapan air pada suatu bahan ditentukan oleh materi penyusun bahan dan juga luas permukaan dari bahan tersebut, semakin luas permukaan dari bahan maka akan semakin cepat proses penyerapan air oleh bahan. Materi penyusun dari bahan juga menentukan proses penyerapan air karena
berkaitan dengan rongga yang terdapat pada bahan sehingga dapat menampung air yang terserap. Kemampuan suatu bahan dalam menyimpan dan menyerap air juga dipengaruhi oleh adanya kemampuan mengembang dan mengkerutnya bahan sehingga air dapat terserap masuk ke dalam bahan (Hakim at al, tanpa tahun).          Penyerapan nutrisimerupakan komponen penting dalam budidaya NFT. Namun seringkali nutrisi yang diberikan tidak dapat diserap tanaman karena aliran nutrisi yang tidak dapat merata di seluruh permukaan talang sehingga akar tidak tersentuh aliran nutrisi akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Peranmedia sangat diperlukan dalam penyebaran nutrisi di dalam talang sehingga perlu dikajimacammedia apa yang tepat untuk NFT untuk mendukung penyerapan nutrisi oleh tanaman (Harjoko,2009).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi hidroponik yang bersifat tepat guna antara lain berkaitan dengan pemilihan media tanam (substrat) dan pengaturan komposisi nutrisi yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu diupayakan pengembangan sistem pemberian larutan nutrisi yang efisien dengan mempertimbangkan jenis substrat serta komposisi larutan nutrisi yang digunakan. Kebutuhan hara berdasar suplai dari luar, larutan nutrisi yang diberikan terdiri atas garam-garam makro dan mikro yang dibuat dalam larutan stok A dan B. Larutan nutrisi stok A terdiri atas unsur N, K, Ca, dan Fe, sedangkan stok B terdiri atas unsur P, Mg, S, B, Mn, Cu, Na, Mo, dan Zn. Selain itu, nutrisi yang terdiri dari unsur hara makro dan mikro merupakan hara yang mutlak diperlukan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman (Samanhudi, tanpa tahun).












BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada Tanggal 15 Maret 2013 pukul 12.00-selesai, dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
           
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.    Larutan nutrisi A, B Mix.
2.    Pupuk gandasil B
3.    Pupuk NPK,Urea, KCL dan SP-36
4.    Fungisida dan insektisida
5.    Ajir atau penyangga tanaman
3.2.2 Alat
1.    Pot plastic
2.    Pipa paralon
3.    Gelas ukur
4.    Cetok/alat pengaduk
5.    Sprayer

3.3 Cara Kerja
1.    Menanam bibit tomat kedalam media padat/substrat dan bibit tanaman kangkung pada media NFT yang telah tersedia dengan terlebih dahulu melepaskan polibag bibit.
2.    Memadatkan media disekitar pangkal bibit dan untuk media NFT berikan penyangga spon pada pangkal bibit.
3.    Menyiram media dengan air bersih.
4.    Melakukan penyiraman nutrisi A,B Mix.
5.    Melakukan pemupukan dengan NPK, Urea, KCL dan SP-36
6.    Melakukan perawatan yaitu : membuang tunas-tunas air, melakukan pengikatan batang pada ajir, mengendalikan OPT.
7.    Mengamati tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman.



























4.2 Pembahasan
            Pada praktikum aplikasi hidroponik ini menggunakan beberapa media tanam, antara lain tanah, kompos, serbuk gergaji, cocopeat. Dari berbagai media itu untuk memperoleh hasil yang maksimal dilakukan pencampuran-pencampuran media, seperti campuran:
1.    Tanah : kompos:serbuk gergaji dengan perbandingan 1:1:1.
2.    Tanah : kompos dengan perbandingan 2:1.
3.    Kompos : cocopeat dengan perbandingan 2:1.
4.    Pasir : cocopeat dengan perbandingan 2:1.
5.    Hanya Kompos tanpa ada campuran.
6.    Cocopeat : kompos dengan perbandingan 2:1.
Dari berbagai campuran-campuran tersebut, diperoleh data yang menunjukkan media pertumbuhan yang paling baik bagi tanaman yaitu media campuran Pasir : Cocopeat. Karena dari setiap pengamatan, pada media Pasir : Cocopeat diperoleh data pengukuran paling tinggi dari pada media yang lain. Pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali selama 4 minggu.
Untuk memperoleh hasil yang baik Media tanaman hidroponik yang ideal untuk tanaman hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.    Bersifat poros atau mudah membuang air yang berlebihan.
2.    Berstruktur gembur, subur dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.
3.    Tidak mengandung garam laut atau kadar salinitas rendah.
4.    Keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni pada pH 6 – 7.
5.    Tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit.
6.    Mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalsium.
Pada praktikum kali ini menggunakan tanaman sawi dengan ulangan sebanyak 5 ulangan. Tanaman sawi dari beberapa kelompok pada praktikum ini banyak yang mengalami kematian pada minggu kedua dan minggu ke tiga. Kematian-kematian ini kemungkinan bisa saja dikarenakan kepekatan nutrisi yang diberikan sehingga sawi mengalami keracunan.


























DAFTAR PUSTAKA

Edsu. 2008. Hidroponik NFT, Sayuran keluaga & Sayuran Komersil.             http://ediskoe.blogspot.com/2008/09/hidroponik-nft-sayuran-keluaga            -sayuran.html

Hakim, dkk. (Tanpa Tahun). Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Gel dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Jeloponik. FMIPA UNDIP.

Harjoko Dwi. 2009. Studi Macam Media dan Debit Aliran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) by NFT. Agrosains 11(2): 58-62.

Haryanto Eko, dkk, 2007. Sawi dan Selada. Jakarta. Penebar Swadaya.

Haryoto,  2009. Bertanam Seledri Secara Hidroponik. Yogyakarta. Kanisius.

Istikomah Siti, 2005. Menanam Hidroponik. Yogyakarta. Ganeca Exast.

Lingga Pinus, 2006. Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Depok, Jakarta. Penebar Swadaya.

Rochintaniawati Diana. (Tanpa Tahun). Hidroponik Sederhana.

Said Ahmad, 2006. Budi Daya Mentimun dan Tanaman Semusim Secara Hidroponik. Yogyakarta. Ganeca Exact.

Setyowati Diah. (2009). Pengaruh Penutupan Buah Melon terhadap Kualitas Buah Melon. IPB.


Siswadi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem Hidroponik. Inovasi Pertanian. 7(1): 103-110.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar