Kamis, 12 Desember 2013

PEMBUATAN MEDIA CAIR DAN PADAT UNTUK HIDROPONIK

I. PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Disini termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih. Penemu dari metode hidroponik ini adalah DR. WF. Gericke. Beliau adalah seorang agronomis dari Universitas California, USA. Saat itu beliau berhasil menanam tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam di dalam bak yang berisi mineral hasil uji cobanya.
Penyemeaian sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm. Masukkan biji tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi kecambah. Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll. Media tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polibag, pot plastik, karung plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah disiapkan.
Karena media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam dan d semprotkan ke pada tanaman yang kan d lakuka Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.
Perawatan pada sistem hidropinik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan perawatan pada penanaman sistem konvensional seperti pemangkasan, pembersihan gulma, penyemprotan pupuk daun, dan lain sebagainya. Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Salah satu contoh, bertanam paprika secara hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik. Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman

1.2    TUJUAN
       Mahasiswa mengerti dan memahami pemanfaatan media tanaman non tanah dalam budidaya secara hidroponik serta mengkaji respon dari media yang ada terhadap pertumbuhan tanaman.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Akibatnya adalah tanah berpasir rentan terhadap erosi dan kehilangan unsur hara tinggi sebaliknya, tanah yang didominasi oleh partikel liat mengandung agregat yang lebih banyak, karena partikel liat bermuatan elektrik yang memungkinkan terjadinya proses agregasi tanah. Oleh karena itu dengan meningkatkan stabilitas agregat pada tanah berpasir diharapkan juga dapat memperbaiki kesuburan kimia dan biologis tanah, meningkatkan porositas dan ketahanan tanah terhadap erosi.(djajadi,dkk.2010).
Pertumbuhan akan optimal apabila semua komponen tersedia dalam jumlah yang seharusnya. Suhu ,ketersediaan CO2, dan cahaya merupakan unsur dalam kegiatan fotosintesis. Pada umumnya tumbuhan daerah tropis tidak mampu melakukan fotosintesis padasuhu 5oC, maka meskipun sinar ada, CO2terpenuhi kegiatan fotosintesis akan terhambat dalam hal ini dapat dikatakan bahwa temperatur merupakan faktor penghambat (limiting factor). Demikian pula CO2 terpenuhi, suhu optimum (antara 10-35 oC) tetapi sinar kurangbanyak maka fotosintesis juga akan menjadi terhambat, hal ini dikatakan bahwa sinar juga menjadi faktor penghambat proses fotosintesis (Dwijoseputro, 1990).
Tahap pertama dari proses fotosintesis ini disebut tahapfotolisis dan sering di sebut dengan tahap reaksi terang. Pada tahap ini terjadi penguraian air yang di sebabkan karena adanya energi yang berasal dari matahari(Hilmi Yusuf A,1985).
Dalam kondisi lingkungan fotoautotrof,pertumbuhan dan perkembangan eksplan sangatdipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan sepertiadanya intensitas cahaya, konsentrasi karbondioksida (CO2), kelembaban (kadar air), suhu,kadar fotosintat (hasil fotosintesis) dansebagainya, sehingga proses fotosintesis eksplanberlangsung optimal. menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya (Pertamawati 1990)
Tingginya hasil yang dicapai pada per-lakuan campuran arang sekam+zeolit menunjuk-kan adanya kelebihan pada formulasi media ini. Hal ini karena, walaupun arang sekam rendah kadar P-nya, akan tetapi C-organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK)-nya lebih tinggi dibanding-kan zeolit. Campuran arang sekam menambah suplai bahan organik yang diperlukan oleh FMA di dalam pertumbuhannya, sehingga pertumbuhan FMA dan produksi sporanya lebih banyak. Di samping itu, arang sekam memiliki pH yang netral. Dengan demikian campuran arang sekam + zeolit memberikan karakteristik biokimiawi dari media tumbuh menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan tanaman.(Nurbaity. 2011).
Pengaruh komposisi media tanam terhadap perkembangan akar mawar mini belum banyak diteliti. Bahan media tanam selain tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanam mawar mini antara lain adalah kompos daun bambu, kompos pinus, kompos tandan kosong kelapa sawit, serutan kayu, sekam padi, bagas tebu, sabut kelapa, dan zeolite. Dari beberapa bahan media tanam tersebut, diharapkan ada yang mudah menyerap air sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman mawar mini.(rosana, N. 2011).
Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti kerja.Hidroponik arti harfiahnya adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik kemudian dikenal dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation, soilless culture).Pada awalnya bertanam secara hidroponik  menggunakan wadah yang hanya berisi air yang telah dicampur dengan pupuk, baik pupuk mikro maupun pupuk makro.Pada perkembangannya, bertanam hidroponik meliputi berbagai cara yaitu bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah yang hanya diisi air berpupuk saja. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah beberapa bahan yang digunakan oleh para praktisi di dunia dalam bertanam secara hidroponik. Nitrogen merupakansuatu unsur yang paling banyak dibutuhkandalam hubungannya dengan pertumbuhantanaman. Unsur ini dijumpai dalamjumlah besar pada bagian jaringan tanamanyang muda daripada di jaringan tanaman yangtua, terutama berakumulasi pada bagian daundan biji. Nitrogen merupakan unsur penyusunsetiap sel hidup, karenanya terdapat padaseluruh bagian tanaman dan dibutuhkansepanjang pertumbuhannya. Dengan demikian jumlah nitrogen yang diserap tanaman dari dalam tanah berhubungan langsung dengan bobot basah dan bobot kering tanaman.
Dalam bidang pertanian, bioteknologi memberi andil dalam usaha pemenuhan kebutuhan makanan.Beberapa hasil bioteknologi dalam bidang pertanian antara lain kultur jaringan, hidroponik, pembuatan tumbuhan kebal hama, dan tumbuhan yang mampu mengikat nitrogen sendiri. Pada bagian ini kita akan mempelajari teknik tanam dengan sistem hidroponik, karena di antara hasil bioteknologi bidang pertanian, teknik ini paling memungkinkan untuk kita lakukan.
Dalam teknik Hidroponik ini mempunyaio keunggulan, keunggulan itu diantaranya :
1.      Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.
2.      Pemakaian pupuk lebih hemat.
3.      Tanaman hidroponik dapat tumbuh lebih pesat dengan keadaan tidak kotor dan tidak rusak.
4.      Beberapa jenis tanaman bisa dibudidayakan di luar musim.
5.      Tanaman hidroponik dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas.
Hidroponik mempunyai metode, metode yang ada dalam sistem Hidroponik ini dibedakan menjadi dua metode, diantaranya :
1) Hidroponik substrat
Metode ini tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media tanam sebelum digunakan harus dilakukan sterilisasi dahulu. Cara paling umum dilakukan adalah dengan penguapan atau dengan bahan kimia. Larutan nutrisi atau pupuk diberikan dengan cara disiramkan atau dialirkan melalui sistem irigasi, setiap pemberian larutan nutrisi, harus dapat melembapkan barisan tanaman secara seragam. Banyaknya penyiraman tergantung dari pertumbuhan tanaman, jenis substrat, dan iklim. Permukaan substrat yang kasar dan tidak teratur harus lebih sering disiram.
2) Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut dialirkan dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran berkembang di dalam larutan nutrien.
Larutan nutrien atau zat hara, adalah makanan bagi tanaman yang berupa campuran garam-garam pupuk yang dilarutkan dan diberikan secara teratur. Karena pada sistem hidroponik, media tanam hanya sebagai penopang akar, sehingga garam-garam pupuk harus mengandung semua unsur yang diperlukan tanaman.
Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan nutrisi tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan lengkap. Unsur-unsur hara itu biasanya berasal dari dekomposisi bahanbahan organik dan anorganik dalam tanah yang terlarut dalam air. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara dalam tanah umumnya dipenuhi dengan pemupukan tambahan.
Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Pemberian nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar tanaman. Ketersediaan nutrisi dalam bentuk cair dipakai sebagai awal penerapan budidaya tanaman hidroponik. Bahan kimia yang lazim disebut garam pupuk harus ditimbang atau diukur dengan saksama. Garam pupuk yang berbentuk gumpalan harus dihancurkan dalam bentuk serbuk yang sama lembutnya sebelum dicampurkan dengan yang lain. Hasil campuran itu selanjutnya dapat disimpan kering dalam wadah yang bisa ditutup rapat, kalau Belum dipakai.



III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Teknik Media Tanam dengan judul “Aplikasi Media Hidroponik untuk Uji Kualitatif Pertumbuhan Tanaman” yang dilaksanakan di Agronomi pada hari kamis, tanggal 14 Maret 2013 pukul 12.00 WIB sampai selesai.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
  • Larutan nutrisi A, B Mix
  • Pupuk gandasil B
  • Pupuk NPK, Urea, KCL, dan SP-36
  • Fungisida dan insektisida
  • Ajir atau penyangga tanaman
3.2.2 Alat
  • Pot plastic
  • Pipa paralon
  • Gelas ukur
  • Cetok/alat pengaduk
  • Spayer
3.3  Cara Kerja
  1. Menanam bibit tomat kedalam media padat/substrat dan bibit tanaman kangkung pada media NFT yang telah tersedia dengan terlebih dahulu melepaskan/membuang polibag bibit.
  2. Memadatkan media disekitar pangkal bibit dan untuk media NFT memberikan penyangga spon pada pangkal bibit.
  3. Menyiram media dengan air yang bersih.
  4. Melakukan penyiraman nutrisi A, B Mix.
  5. Melakukan pemupukan dengan NPK, Urea, KCL dan SP-36.
  6. Melakukan perawatan yaitu :membuang tunas-tunas air, melakukan pengikatan batangpada ajir, Pengendalian OPT.
  7. Melakukan parameter pengamatan setiap minggu terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah, daun jumlah daun pertanaman berat buah pertanaman.


BAB IV . PEMBAHASAN
Ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan lengkap. Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan nutrisi tanaman. Dan  Unsur-unsur hara itu biasanya berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik dan anorganik dalam tanah yang terlarut dalam air. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman Kekurangan dalam salah satu atau beberapa unsur hara dalam tanah umumnya dipenuhi dengan pemupukan tambahan. Nutrisi yang diberikan itu dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik.
Bahan kimia yang lazim disebut garam pupuk itu harus ditimbang atau diukur dengan saksama. Ketersediaan nutrisi dalam bentuk cair itulah yang dipakai sebagai awal berpijak  penerapan budidaya tanaman hidroponik  garam pupuk yang berbentuk gumpalan harus dihancurkan dalam bentuk serbuk yang sama lembutnya sebelum dicampurkan dengan yang lain Garam pupuk itu perlu diukur dan ditimbang dengan perbandingan yang seimbang kalau akan dipakai sebagai sumber nutrisi tanaman hidroponik. Hasil campuran itu selanjutnya dapat disimpan kering dalam wadah yang bisa ditutup rapat, kalau Belum dipakai.
Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur dan buah telah umum ditanam secara hidroponik. Seperti paprika, timun mini, tomat, dan sayuran hijau. Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Salah satu contoh, bertanam paprika secara hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik. Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim. Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional.
Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, tempat  para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen. Hidroponik atau bercocok tanam tanpa tanah ini bermula dari penelitian tentang kubutuhan nutrisi tanaman agar bisatumbuh dengan optimal. Seiring dengan perkembangan waktu ternyata hidroponik bisa dikembangkan pada skala hobi maupun skala komersial. Itu karena hidroponik menawarkan solusi atas masalah yang timbul pada pertanian.
Bahan Organik
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Tapi, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi.
Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, mosS, sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus.
 Arang
Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan peeahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran peeahan arang juga harus lebih kecil..
           
Bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Akan tetapi, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan keeil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan peeahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih keeil, ukuran peeahan arang juga harus lebih kecil.
Bokasi
Kelebihan:
            Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman
Kekurangan:
            Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam
Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu Yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan I IL,rubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.
 Pupuk kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
Sabut kelapa (cocopeat)
Sabut kelapa atau cocopeat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
Pasir
Kelebihan:
            Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Kekurangan:
            Karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif
dari sebelumnya agar pasir tersebut baik. Nutrient Film Technique (NFT) termasuk cara baru bertanam tanam hidroponik. Cara kerja sistim ini yaitu sebagian akar terendam dalam larutan nutrisi dan sebagian lagi berada di permukaan larutan. Larutan bersirkulasi selama 24 jam. Lapisan larutan sangat tipis sekitar 3 mm. Penetapan NFT dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari keseragaman konduktivitas listrik (EC) dan pH larutan nutrisi serta efektivitas aplikasi kemiringan talang.
Di sekitar saluran parit tersebut dialirkanair mineral bernutrisi sehingga sekitar tanaman akan terbentuk lapisan tipis yang dipakai sebagai makanan tanaman. Parit dibuat dengan aliran air yangsangat tipis lapisannya sehingga cukup melewati akar dan menimbulkan lapisannutrisi disekitar akar dan terdapat oksigen yang cukup untuk tanaman.
Prinsip Kerja Hidroponik
            Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan dimana budidaya tanamannya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik NFT juga termasuk bercocok tanam dalam air dimana unsur hara telah dilarutkan didalamnya.
         Dalam sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan akar tanaman secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi.
 Fungsi pelipatan pada polybag adalah agar pemberian media tidak terlalu banyak. Sesuai dengan perbandingan yang sudah ditentukan. Ujung polybag dilipat juga berfungsi agar memudahkan dalam perawatan tanaman. Pemberian fungisida juga mempunyai fungsi agar tanaman yang di gunakan dalam media hidroponik tidak terserang jamur. Pencegahan terhadap jamur juga sebagai fungsi pemberian fungisida ini. Jika fungisida diberikan dengan dosis terlalu banyak juga berdampak tidak baik bagi tanaman budidaya, tanaman akan menjadi busuk dan gagal panen.




BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu :
1.      Ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan lengkap.
2.      Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur dan buah telah umum ditanam secara hidroponik.
3.      Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan dimana budidaya tanamannya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.
4.      Fungsi pelipatan pada polybag adalah agar pemberian media tidak terlalu banyak. Sesuai dengan perbandingan yang sudah ditentukan.

5.2  Saran
Untuk praktikum kedepannya agar lebih baik lagi, maka pada semua praktikan agar membaca terlebih dahulu buku praktikum agar acara praktikum berjalan lancer dan cepat.



DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro. 1990. Pengantar Fisiolog Tumbuhan Jakarta: Penerbit
Gramadia.




Nurbiaty, A. dkk. 2011. Efektifitas arang sekam sebagai bahan pembawa pupuk hayati mikroriza arbuskula pada produksi sorgum. Agriniamal.1(1):1-6

Rosana, N. 2011.teknik penggunaan beberapa media tanam pada beberapa klon mawar mini.buletin teknik pertanian.1(16):21-23

Djajadi, dkk. 2010.pengaruh media tanam dan frekuensi pemberian air terhadap sifat fisik kimia dan biologi tanah serta pertumbuhan jarak pagar.jurnal litri16(1):69-69.

HilmiYusuf,A. 1985. BukumateripokokbioloiII.Departemenpendidikandan
kebudayaanUniversitasTerbuka. Jakarta

Partamawati. 1990. Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentan  (solanum tuberosum l). dalam lingkunga fotoautotrof secara invitro. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar