Kamis, 12 Desember 2013

BIOEKOLOGI HAMA PASCAPANEN

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan. Hama pasca panen yang banyak menimbulkan kerugian adalah tikus gudang (Rattus diardi) dan golongan serangga. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama pasca panen ini berupa penurunan kualitas dan kuantitas yaitu kerusakan bentuk, aroma, tercampur kotoran, daya tumbuh, nilai gizi dan nilai sosial ekonomi materi yang disimpan (Syamsuddin, 2008).
            Secara umum serangga pengganggu yang terjadi pada produk pascapanen adalah merup[akan investasi laten atau bagian stadia pertumbuhannya telah ada dalam buah sebelum dipanen. Seperti contohnya lalat buah meletakkan telurnya di dalam buah saat masih di kebun dan produk tersebut masih relative muda. Telur tidak dapat tumbuh dan berkembang karena kondisi lingkungan belum memungkinkan seperti keasaman yang tinggi. Namun setelah dipanen dimana produk masuk pada periode pemasakan maka telur akan menetas dan berkembang menjadi larva atau ulat yang sangat tidak dapat diterima oleh konsumen apabila dijual terlebih lagi di ekspor. Walau terjadi perkembangan pasar bebas secara global sekarang ini namun Phytosanitary Restriction (PR) berlanjut membatasi perdagangan. Pengendalian serangga pascapanen adalah sangat kritis untuk perdagangan internasional. Tujuan pengendalian ini adalah untuk melindungi darah-daerah industri pertanian dari introduksi hama serangga perusak. Pengembangan p[erlakuan khusus untuk komoditi dan serangga tertentu memerlukan banyak data penelitian. Waktu yang dibuthkan untuk pengembangan perlakuan hama serangga sampai dapat diterima secara komersial membutuhkan waktu cukup panjang (5-10 tahun) (Supartha Utama, 2006).
            Carpophilus hemipterus L.(Driedfruit beetle) adalah hama utama pada simpanan kurma, anggur, apel, jeruk, kismis, ara dan pisang sehingga mengakibatkan kehilangan hasil secara kuantitas dan kualitas. Akan tetapi pada saat ini C. hemipterus pada simpanan kacang tanah. Oleh karena itu penelitian tentang beberapa aspek biologi C. hemipterus pada kacang tanah diharapkan dapat
memberikan informasi dasar untuk penerapan pengendalian yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari beberapa aspek biologi hama C. hemipterus pada simpanan kacang tanah varietas lokal kepanjen yang meliputi perilaku kawin imago, ukuran, bentuk, berat, warna dan lama masing-masing stadium dan mengetahui penurunan berat akibat infestasi C. hemipterus pada simpanan kacang tanah varietas lokal kepanjen dengan populasi awal yang berbeda (Fitriya dwi handayani, 2008).
            Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan kasus yang paling sering terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan dari bahan baku dan menyebabkan kerusakan lapisan pelindung bahan. Selain kerusakan secara fisik, karena sifat serangga yang suka bermigrasi, serangga juga dapat memindahkan spora jamur perusak bahan pakan dan membuka jalan bagi kontaminasi jamur atau kapang yang menghasilkan mikotoksin. Serangga perusak bahan pakan antara lain ngengat, penggerek dan kumbang. Kumbang padi karatan (Cryptolestes ferrugineus) merusak gabah, beras, jagung dan biji-bijian lain. Kumbang dan larva biasa memakan lembaga dan merusak bagian tengah biji. Bahan baku yang diserang menjadi berjamur dan berbau apek. Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan dengan panjang 2-3 mm. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-dewasa) selama 21 hari pada suhu 31oC dan kadar air 14.5% (Suparjo, 2011).
Penyimpanan merupakan salah satu tahapan pasca panen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil yang besar tidak hanya karena penanganan/pengelolaan yang tidak benar tetapi juga karena lamanya waktu penyimpanan sehingga memudahkan berkembangnya hama. Perkembangan hama pasca panen sangat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan, keadaan komoditas yang disimpan dan keadaan lingkungan fisik. Banyaknya komoditas yang disimpan yang bercampur dengan komoditas lainnya sangat menguntungkan kehidupan hama pasca panen karena penyimpanan merupakan tempat penimbunan yang berfungsi secara terus menerus atau hanya kosong dalam waktu singkat. Hama pasca panen dapat beradaptasi dengan baik untuk dapat berkembang pada sisa komoditas, selama transportasi dan fasilitas pengolahan. Adaptasi tersebut termasuk kemampuan untuk dapat berkembang pada berbagai komoditas ataukah kemampuan untuk mencari makan, kawin dan meletakkan telur. Semua faktor-faktor ini merupakan hal yang sangat penting terutama dalam pengelolaan hama pasca panen. Pengelolaan hama pasca panen adalah kegiatan yang mengatur keadaan lingkungan hama pasca panen yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan perkembangan populasi hama. Dalam pengelolaan hama pasca panen maka factor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan hama pasca panen perlu dikelola atau diatur sehingga keberadaan hama menjadi berkurang(Sylvia sjam, 2007).

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum Teknologi Panen Dan Pascapanen bagian Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan acara “Bioekologi Hama Pascapanen” adalah untuk memahami morfologi serangga hama pascapanen, cara penyerangan serangga hama pascapanen dan gejala yang ditimbulkan oleh serangga hama pascapanen.


BAB II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum mata kuliah Teknologi Panen dan Pascapanen bagian Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan acara “Bioekologi Hama Pascapanen” dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Jum’at, 22 Nopember 2013 pukul 14.00 sampai 16.00 WIB.

2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1          Mikroskop
2          Pensil
3          Cawan petri
4          Penggaris

2.2.2 Bahan
1          Jenis biji-bijian yang terserang hama
2          Kertas HVS 5 lembar

2.3 Cara Kerja
1          Menyiapkan alat dan bahan
2          Menentukan jenis biji-bijian yang diserang hama pascapanen
3          Mengamati biji-bijian yang terserang hama pascapanen dibawah mikroskop
4          Mengenali jenis serangan hama pascapanen, serta menggambar hama pascapanen di kertas HVS.
5          Melengkapi dengan keterangan jenis serangan serta akibat yang ditimbulkan
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
 3.2 Pembahasan
            Dari praktikum Teknologi Panen dan Pasca Panen dengan acara “Bioekologi Hama Pasca Panen” di peroleh pemahaman mengenai jenis serangga hama yang sering menyerang produksi pertanian ketika disimpan dalam gudang. Serangga hama tersebut yakni meliputi Kumbang beras (Sitophilus oryzae).
Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah  memiliki  mata, antena, thoraks,  tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor.  Dan memiliki bentuk tubuh kecil dan memanjang.   Larva biasanya bersembunyi di dalam padi- padian dan biji lainnya tempat ia menjadi kepompong Tidak berkaki Dewasa panjang 2-3mm.  Lekukan melingkar di rongga dada Bintik kemerahan pada erytra dan rostrum/moncong.
Sistematika atau klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae)  adalah sebagai     berikut   yaitu   Kingdom  Animalia,  Fillum Arthropoda, Class Insecta,
Ordo    Coleopteran ,   Famili    Cucrlionidae ,   Genus   Sitophilus ,   dan   Species Sitophilus oryzae.
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus oryzae)  adalah pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada bagian-bagian samping beras.  Dan apabila tahap serangannya sudah lama maka butir-butir beras akan menjadi hancur.      
Pengendalian Kumbang beras (Sitophilus oryzae)  adalah biasanya digunakan dengan cara Fumigasi PH3, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap UV. Pemanasan ruangan/ heating, Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji saga.  Dan juga menjaga kebersihan gudang Menjaga suhu dan kelembaban gudang, Kemasan kedap udara, Menurunkan tingkat kadar air,  Mencegah kutu datang, dan Meningkatkan derajat sosoh.
            Araecerus fasciculatus De Geer. Kumbang ini juga disebut areca nut weevil. Kumbang yang dari ordo Coleoptera (Anthribidae) ini memiliki ukuran 3-5 mm. Protoraks dan elitra memiliki bercak-bercak kecil berwarna coklat atau coklat keabu-abuan yang lebih terang. Elitra lebih pendek daripada abdomen. Antena capitat/menggada, tarsi 5 segmen dan panjang keseluruhan tarsi sama atau melebihi panjang tibia. Mirip famili bruchidae. Awalnya dikenal sebagai hama kopi dan kakao, namun dapat pula menyerang beragam bahan simpan terutama yang berkadar air tinggi seperti jagung, kokoa, biji kopi, buah-buahan kering, jahe. Serangga ini bersifat kosmopolitan dan banyak ditemukan di daerah tropika.
Morfologinya
telur berupa ovoid,pucat dan permukaannya berlekuk tak teratur. Larvanya berambut, berwarna keputihan, bagian toraks membesar. Ukuran 5-6 mm. Berpupa dalam biji. Imago  berumur 17 minggu dalam kondisi optimum (>80% RH), penyebaran utama kemungkinan karena transportasi. Pada kondisi optimum yaitu suhu 28oC dan kelembapan 70%, lama perkembangan dari telur hingga dewasa adalah 46-66 hari. Serangga dewasa aktif terbang dan mampu bertelur rata-rata 50 butir.
            Tribolium casteneum Hbst dan T. confusum J. du Val. Hama ini tersebar luas di seluruh dunia. Hama ini merupakan hama penting karena hampir ditemukan di seluruh gudang di Indonesia. Kumbang ini dikenal sebagai kumbang tepung. Tribolium spp. menyerang beras, jagung, sorghum tepung terigu, kakao, kopra, kacang tanah, gaplek dan rempah-rempahan. Pada material yang keras hama ini biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada hama lain atau adanya kerusakan mekanis.
Morfologi dan biologi
Serangga dewasa bentuknya pipih, memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya merah kecoklatan sampai coklat gelap. Kedua bspecies apat dibedakan berdasarkan bentuk sungut. Pada T. castaneum bentuk sungut kapitat atau tiga ruas sungut bagian ujung membesar secara mendadak, sedangkan T. confusum bertipe klavat atau sungut membesar ke ujung secara bertahap. Disamping itu dapat dibedakan bagian mata. Bagian mata tersempit pada T. castaneum tidak tertutup dan terdiri dari 3–4 mata facet, sedangkan T. confusum hanya 1–2 mata facet. Telurnya lonjong berwarna putih keruh, panjangnya 1,5 mm.Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung abdomen terdapat tonjolan berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Panjang larva instar akhir 5 –6 mm. Larva mempunyai tungkai thorakal yang digunakan untuk bergerak. Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan, panjangnya 3, 5 mm
            Oryzaephilus surinamensis (L.) O. surinamensis merupakan serangga kosmoplitan. Serangga ini biasanya berperan sebagai hama sekunder untuk serelia dan produk-produknya. Beberapa Suharto-hpt unej 2010 15 komoditas yang diserang meliputi kopra, rempah-rempah, buah-buahan yang dikeringkan, kacang tanah, biji kakao, beras dan lain-lain.
Morfologi dan biologi
Serangga dewasa mempunyai bentuk tubuh pipih memanjang dengan warna coklat terang sampai coklat gelap. Bentuk kepala segitiga. Panjang tubuh 2,5-3,5mm. Pada bagian sisi kiri dan kanan pronotum terdapat gerigi yang masing-masing jumlahnya enam buah. Di bagian dorsal pronotum nampak tiga garis tebal. Pada elitra terlihat garis-garis membujur yang jelas(Gambar 9). Telur bulat panjang berwarna putih. Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dengan kepala berwarna coklat. Panjang tubuh larva 3,5–4 mm. Pupa terselimuti kokon yang terbuat dari sisa gerekan dan bahan berukuran kecil lainnya. Panjang pupa kurang lebih 3 mm
            Carpophilus spp (F.) Di Indonesia terdapat beberapa species yaitu C. dimidiatus (F.) pada simpanan buah-buahan, C. bifenestyralis Murr.dan C. flavipes Murr. terdapat di Sumatra Utara sebagai bubuk kopi dan di Sulawesi sebagai perusak jagung dan kopra C. hemipterus L. ditemukan di daerah Sulawesi pada kopra dan terdapat pada kopra di Jawa C. humeralis F. pada kopra di Jawa.
Morfologi dan biologi
Serangga dewasa berukuran berukuran 3-5 mm, berwarna kelabu hitam, coklat tua sampai hitam. Elitra tida menutupi seluruh abdomen sehingga ujung abdomen tampak dari arah dorsal. Elitra ditutupi oleh rambut-rambut jarang. Tiga ruas sungut membesar seperti pemukul gong (Gambar 15). Larva berbulu pendek dan jarang, mempunyai tungkai yang digunakan untuk bergerak aktif. Pada pertumbuhan penuh panjangnya 5-7 mm. Pada imago C. Hemipterus elitranya terdapat gambaran warna kuning. Species Carpophilus kecuali merusak kopra, biasanya merusak simpanan bahan-bahan yang mengandung minyak seperti kacang tanah, bungkil dan sebagainya. Pada kopra serangannya biasanya bersama hama lain kopra seperti Necrobia, Oryzaephilus, Ahasverus, dan Ephestia. Serangan Carpophilus tersendiri tidak begitu merugikan , tetapi dengan adanya komplikasi serangan dapat menambah rusaknya simpanan.


BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
            Dari hasil beoekologi hama pasca panen diatas dapat disimpulkan bahwasanya kerugian yang didapat oleh petani khususnya dalam proses penyimpanan digudang hampir 35 % mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas hasil panen seperti, buah-buahan, biji-bijian. Baik berupa tanaman pangan, holtikultura, maupun tanaman perkebunan. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk mencegah terjadinya gejala-gejala serangan hama yang dapat berdampak negatif bagi hasil panen yang mengakibatkan menurunnya kualitas maupun kuantitas hasil panen.   

4.2 Saran
            Agar dapat terhindar dari gejala serangan hama khususnya pada hama gudang, maka perlu adanya suatu tindakan bagaimana untuk lebih memperhatikan kondisi gudang maupun pada hasil itu sendiri disaat melakukan proses penyimpanan. Kemudian mengantisipasi adanya suatu pencegahan berupa pestisida maupun musuh alami.

DAFTAR PUSTAKA
Fitriya dwi handayani. 2008. BIOLOGI Carpophilus hemipterus L. (Coleoptera: Nitidulidae) pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Universitas brawijaya Fakultas pertanian Jurusan hama dan penyakit tumbuhan Program studi hama dan penyakit tumbuhan. Malang.
Syamsuddin.  2008. Bioekologi Hama Pasca Panen Dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Sulawesi Selatan.
Supartha Utama. 2006. Pengendalian Organisme Pengganggu Pascapanen Produk Hortikultura dalam Mendukung GAP. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Bali.
Suparjo. 2011. Kerusakan Bahan Pakan Selama Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Sumatra.

Sylvia sjam. 2007. Pengelolaan Hama Pasca Panen Untuk Memenuhi Tuntutan Perdagangan Internasional. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UNHAS. Sulawesi selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar