BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sebuah organisme setidaknya manusia lebih dikenalkan dengan adanya
sebab dan apa saja yang kerap dilakukan terhadap acuan aktivitasnya. Prioritas
suatu upaya untuk mengetahui secara details mengenai sekelompok organisme yang
hidup dan beradaptasi dengan mengelabui poros kehidupan disuatu habitatnya
perlu adanya sebuah indikasi untuk mengetahuinya, salah satunya adalah
nematoda, nematode
yang kerap kita tau merupakan mikroorganisme yang hidup didalam tanah yang
berbentuk seperti cacing memiliki ukuran mikroskopis, berbentuk silindris
memanjang, berwarna transparan, serta berada pada tanah yang mengandung
film-film air. Didalam tanah nematoda ada yang bersifat saprofit, akan tetapi
juga ada yang bersifat patogen. Nematoda saprofit, bukan hanya bermanfaat bagi
kesuburan tanah yang dikarenakan aktifitas metabolismenya nematoda menghasilkan
keringat yang berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah tersebut.
Karena bagaimanapun tidak kehidupan yang sekarang dilalui oleh nematoda
merupakan sebuh penyampaian tingkat kesuburan pada tanah dan seperti bahasab
diatas yang merupakan upaya rincinya nematoda.
Spesifikasi
yang juga vital oleh nematoda adalah sebagai upaya pergerakan yang dapat
menempuh kapasitas kecepatan yang dilakukan dengan perbandingan nematoda
patogen pada umumnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan nematoda patogen yang
masuk kedalam perakaran tanaman akan menyerap nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan
tanaman, dan akan menyebabkan tanaman tersebut terganggu pertumbuhannya. Selain
itu, jika nematoda saprofit tidak memiliki stylet pada mulutnya, akan tetapi
pada nematoda patogen, terdapat stylet pada ujung mulutnya, yang berguna untuk
melukai, dan menembus dinding akar, dalam menyerang tanaman, nematoda dikenal memiliki 3
cara penyerangan, yakni ektoparasit, endoparasit, dan semiendoparasit.
Ektoparasit merupakan serangan nematoda dengan cara membuat luka pada akar
tanaman inang, sehingga tanaman inang yang akarnya dilukai oleh nematoda
menjadi pintu masuknya nematoda dalam melakukan infeksi akar, yang selanjutnya
akan menjadikan sebagai tempat nematoda untuk malakukan proses metabolisme
pertumbuhannya, sehingga nematoda patogen melangsungkan perkembangbiakannya
berada didalam tanaman inang tersebut, karena dengan
pemberlakuan terhadap infeksi akar tersebut akan lebih menjanjikan tempat yang
dibutuhkan dalam proses dan kelangsungan yang akan terjadi.
Selanjutnya
adalah serangkaian proses adaptasi nematoda yang menyerang dengan sejumlah cara
dan mulai masuk terhadap berbagai upaya pada lubang yang terabaikan inrensitas
penahanannya, disini kerap kali manusia mengartikan sebuah endoparasit sebagai penyerangan nematoda dengan cara masuk melalui
lubang-lubang alami tanaman inang, seperti misalnya pada pori-pori akar.
Nematoda yang masuk melalui lubang-lubang akar tanaman tersebut kemudian
melakukan proses perkembangbiakannya didalam tanaman inang, dan akan menyerap
nutrisi yang dihasilkan oleh tanaman inangnya, sehingga menyebabkan tanaman
inang pertumbuhannya nejadi terhambat
dikarenakan dengan begitu serangan demi serangan dapat dilakukan dengan maksud
melalui lubang akar pada tanamannya.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara membuat preparat awetan, serta fungsi awetan nematoda dan jamur
yang sudah benar-benar diuji kebenarannya.
2. Upaya
untuk lebih mengenal dan mengetahui teknik memancing nematoda dengan diupayakan
semalam suntuk lamanya, guna mendapat resolusi yang diharapkan sebelumnya.
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Nematoda adalah
organisme Pengganggu Tanaman
yang kerap mengganggu tanaman dan sejumlah orang menganggapnya
sangat merugikan karena kebanyakan orang hanya mengetahui sejumlah peristiwa
dan kejadian disekitarnya tanpa lebih mengetahui spesifikasi yang dapat kita
cerna kebenaranya, tetapi perlu diketahui bahwa nematoda merupakan sejenis cacing halus yang hidup
sebagai saprofit didalam air dan tanah, atau juga sebagai parasit pada tanaman
dan hewan. Nematoda yang hidup sebagai parasit pada tanaman memiliki stylet
yang berfungsi sebagai parasit pada tanaman dan hewan.hal
yang juga dapat kita ketahui bahwa nematoda dapat memberikan manfaat bahkan
menjadi perusak dari pada tanaman
pertanian hampir di seluruh penjuru dunia, lebih
lebih diindonesia karena tidak menutup kemungkinan hal yang terjadi itu
disebabkan dan banyak dipengaruhi olehnya.
Sebagai
nematoda parasit yang sejumlah dari pakar pertanian mengklaim bahwa jenis ini
lebih memberikan banyak kerugian dengan alasan yang sangat signifikan setelah
kita kaji kebenarannya, ada beberapa kemungkinan yang terjadi kalau kita bisa
menjadikan acuan terhadapnya. Hal tersebut
dikarenakan masih belum di temukannya metode pengendalian nematoda dengan cara
yang ramah lingkungan. Cara pengendalian nematoda dengan menggunakan nematisida
kimiawi dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang negatif dikarenakan
bersifat beracunbagi manusia dan hewan peliharaan, selain itu, penggunaan
nematisida kimiawi dapat dapat mencemari air, dan tanah. Sangat
diupayakan dalam menyikapi terselubungnya pengendalian yang akan kita lakukan,
lebih berat jika tidak ditindak lanjuti keseluruhan dari pada konsep
penerapannya yang seperti itu.
Produksi
yang sungkar terjadi akhir akhir ini adalah tidak terkontrolnya pengendalian
sehingga resolusi yang diharapkan tidak sesuai. Termasuk sejumlah serangan nematoda dapat menyebabkan kehilangan hasil
yang sangat besar. Serangan nematoda dapat menyebabkan kerusakan pada akar
dikarenakan nematoda menghisap sel-sel akar, yang mengakibatkan pembuluh
jaringan akar terganggu sehingga translokasi air dan unsur haramenjadi
terhambat. Serangan nematoda juga dapat mempengaruhi proses fotosintesis, dan
transpirasi. Sehingga pertumbuhan terhambat daun berwarna menguning seperti
kekurangan unsur hara, dan mudah layu. Seperi halnya
yang terjadi pada kehilangan hasil pada tanaman kenaf mencapai 19%bahkan lebih
bila serangannya berat, dan apabila berasosiasidengan Fusarium spp., kerugian
hasil kenaf bisa mencapai 100%. Pengendalian NPA adalah dengan carafumigasi
atau penggunaan nematisida. Tetapi solusi yang seperi itu tidak sepenuhnya
menjamin. (Setyo-Budi dkk, 2009).
Ada beberapa sekelompok organisme memang
yang paling dianggap sanagt berperan penting terhadapnya. Dan suatu upaya untuk
lebih menindak lanjuti generasi hidup yang relatif singkat, menunjukkan respons
yangspesifik terhadap berbagai gangguan tanah,dan kemampuan berkoloni yang
tinggi. Hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam mengevaluasi hindaran yang
terjadi pada suatu dengan diketahuinya kedalaman optimal sampel tanah untuk
mendapatkan data mengenai kerapatan dan biodiversitas nematoda tanah, maka
pengetahuan mengenai nematoda tanah sebagai sarana biomonitoring kondisi suatu
tanah akan mudah diperoleh dan ditemukan penitik beratkan dan juga selain itu,nematoda
memiliki kulit yang permeabel, sehingga peka terhadap polutan. Kehidupan hewan
ini sangattergantung pada habitatnya dan tidak bisa dilepaskan kecakapannya
dalam mengalami intensitas kehidupanya. (Rahmita, 2007).
Teknik penggenangan akan
mempengaruhi kemamouan perkembangan nematoda dari larva menjadi dewasa. Pada
tanaha dengan perlakuan yang penuh air nematoda tidak mampu untuk bergerak
dikarenakan lapisan air menebaldan dapat memperlihatkan penurunan penetasan
telur. Selain itu, Pengendalian nematoda parasit
tanaman saat ini umumnya masih dilakukan dengan menggunakan pestisida berupa
insektisida yang sekaligus bisa digunakan sebagai nematisida. Pengendalian
dengan kultur teknis dengan rotasi tanaman maupun penanaman tanaman antagonis
kurang mendapatkan hasil yang signifikan. Penggunaan bahan kimia secara terus
menerus dalam pengendalian nematoda dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. (Irfandri, 2008).
Nematoda parasit juga dengan
agresif merusak tatanan akar sehingga
menyebabkan tidak normalnya fungsi berbagai sistem yang memiliki peran yang
sangat penting dalam dalam pertumbuhan tanaman. Populasi nematoda yang terdapat
didalam media tanam baik didalam akar maupun didalam tanah berbeda pada
masing-masing tanaman. Pertumbuha tanaman yang meliputi berat kering, dan berat
basah tajuk sangat dipengaruhi oleh nematode,
didalam melakukan budidaya tanaman pangan terdapat
beberapa hambatan, dan salah satu hambatan yang terpenting adalah gengguna yang
disebabkan oleh serangan nematoda parasit.
Serangan nematoda biasanya terjadi pada tanah yang
memiliki tekstur kasar atau berpasir. Disamping nematoda parasit dapat
memperlemah tanaman budidaya, nematoda ini dapat juga menurunkan produksi
tanaman budidaya. Serangan nematoda parasit pada bagian akar tanaman sering ditunjukkan
dengan bengkak akar. Hal tersebut dikarenakan nematoda masuk melalui lubang
alami bulu-bulu akar, ataupun masuk dengan cara melukai bulu-bulu akar
yang semulanya dapat diketahuai asas kebenarannya. (Reijntjes dkk, 2006).
Terdapat
banyak macam yang ada dalam kehidupan nematoda, salah satu yang sangat dikenal
eksistensiya adalah nematoda yang
menyerang tanaman budidaya adalah jenis nematoda Pratylencus. Serangan nematoda ini akan menyebabkan gejala nekrois
pada akar tanaman dikarenakan nematoda ini bersifat endoparasit migratori,
yaitu nematoda yang ketika makan nematoda ini berpindah-pindah didalam akar
tanaman inangnya, dan bahkan keluar untuk menemukan akar yang baru. Tanaman
varietas smooth ceyenne merupakan
inang yang cocok bagi nematoda Pratylencus.
(Swibawa dkk, 2010).
Tercantum
acuan dasar yang menyebabkan perkembangan dramatis daripada gannguan yang
terjadi pada tanaman dengan berbagai upaya dalam melakukan gangguan pada pengangkutan unsur hara dan air oleh
akar tanaman dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman diatas
tanah. Didalam perkembangbiakannya, nematoda dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat menentukan. (Matnawy, 2007).
BAB 3.
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum teknik media tanam bagian hama dan penyakit
tumbuhan dengan acara membuat preparat awetan nematoda dan biakan murni jamur
dilaksanakan dilaboratorium hama dan penyakit tumbuhan fakultas pertanian
universitas Jember pada hari Selasa 30 April 2013 pukul 19.00 sampai 04.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Mikroskop
2. Cawan
petri
3. Preparat
4. Lidi
5.
Bak/wadah
6. Saringan
3.2.2 Bahan
1. Tanaman
pacar air
2. Air
3.
glasswoll
4.
Laktofenol
5. Parafin
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Memancing Nematoda
1. Memancing nematoda dengan cara mengambil mikroskop
bonokuler, dan meletakkan diatas meja kerja, kemudian suspensi nematoda yang
telah disediakan diletakkan dibawah lensa obyektif.
2. Menyesuaikan lensa mikroskop dengan kemampuan
pandangan mata.
3. Setelah sasaran terlihat, dengan menggunakan
pancing mengarahkan pancing tersebut pada nematoda.
4. Mengangkat nematoda sedikit demi sedikit dengan
diikuti pentesuaian lensa , mengangkat hingga sampai permukaan air.
3.3.2
Membuat Preparat Awetan Nematoda
1. Mengumpulkan beberapa ekor nematoda yang telah
difiksasi dan memasukkan kedalam gelas arloji atau cawan petri yang telah
berisi laktofenol panas (65-70 C) dan memberi zat pewarna (asam fuksin, cotton
blue dan lain-lain).
2. Membuat lingkaran parafin pada gelas benda,
menetesi laktofenol secukupnya (1-2 tetes) memberi glasswoll pada tiga sisi
sebagai penyangga agar nematoda tidak pipih.
3. Memindahkan nematoda dengan pancing (handling needle) dan menempatkan tepat
ditengah-tengah lingkaran parafin dalam laktofenol.
4. Menutup dengan kaca penutup (cover slip).
5. Memanaskan diatas lempeng pemanas atau lampu bunsen
beberapa etik untuk mencairkan parafinnya dan melekatkan dengan lem atau lak
kuku.
6. Memasukkan kedalam lempeng preparat yang terbuat
dari lempeng alumunium, menjepit dengan karton.
7. Memeberi etikettentang naman spesies, nama
kolektor, tempat dan lain sebagainya.
8. Menyimpan dalam kotak preparat (ada yag terbuat
dari kayu, plastik, ataupun seng)
BAB 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2
Pembahasan
Dengan
dilakukannya upaya dengan target uapaya terhadap suatu perbandingan dengan uji
kebenaran praktikum dan literature yang ada dapat kita temukan bahwa setelah melakukan perbandingan dengan literatur, jamur
yang tumbuh pada media biakan murni jamur miring tersebut adalah Aspergillus Nige ini
adalah upaya yang dilakukan oleh kelompok awal daripada kelompok pertama
yang dilakukannya dan kelompok selanjutnya adalah
mengenai pengguanaan yang diuji permediaannya dan pemberlakuan dengan berbagai
opsi dan setidaknya digunakan yang ada adalah dengan menggunakan media, dan perlakuan yang sama pula, dapat diperoleh
pertumbuhan jamur dengan warna hijau, keputihan, dan setelah melakukan
perbandingan dengan literatur jamur yang tumbuh adalah jenis Trichodermaspp. Terjadinya
kesinmabungan dari upaya kelompok tiga dengan uji kualitatif serta pertumbuhan jamur dengan warna putih susu. Setelah
melakukan perbandingan dengan literatur yang ditemukan jamur yang tumbuh dan
begitu pula dengan selanjutnya kelompok dari pada keempat dan seterusnya
Tidak
seluruh uji kebenaran yang dilakukan itu sepenuhya bisa menghasilkan sempurna,
ada dari beberapa penelitian akan beberapa faktor yang dapat mengakibatkan
kontaminasi tersebut
diantaranya dan sudah diusahakan dapat bisa terjadi ketidak kontaminan semisal
yakni tidak sterilnya peralatan yang digunakan untuk praktikum. Kebersihan
peralatan, dan sterilnya peralatan laboratorium menjadi suatu hal yang harus
diperhatikan dengan seksama. Hal tersebut dikarenakan semua kegiatan
laboratorium yang menggunakan peralatan pasti berhubungan langsung dengan
mikroorganisme yang kasat mata, jika peralatan yang telah digunakan tidak
dibersihkan dan di sterilkan dengan akan menyebabkan kontaminasi, karena tidak
dilakukannya ekstra hati-hati terhadapnya sebelum dilakukanNya.
Hal
tak kalah penting lainnya adalah dalam penerapan konsep agar semua yang kita upayakan
tidak terjadi kontaminasi adalah dengan menjaga betul sterilasi dan menjaga
betul untuk menghindari kesalahan dalam isolasi yang dapat berakibat pada
kesalahan data yang nantinya akan diperoleh. Kesalahan yang sering dijumpai
pada beberapa kegiatan laboratorium adalah kesalahan dalam tahapan, atau
langkah kerja, misal ada beberapa langkah kerja yang harus di lakukan secara
berurutan, akan tetapi salah satu langkan tersebut tertinggal, atau bukan pada
tahapannya akan mengakibatkan kesalahan hasil, dan sering pula upaya kita yang
sudah terlaksanakan sia sia karena hasil akhir yang kita lakukan tidak terlalu
memperhatikan anjuran dan ketentuan daripada praktikum, karena bakteri
merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopis menjadikan bakteri sulit ketahui
keberadaanya.
Hal
tersebut menjadikan bakteri masuk kedalam media tanpa disadari dan akan tumbuh
pada media yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi bakteri tersebut. Jika hal
tersebut sampai terjadi maka, akibat yang ditimbulkan adalah tumbuhnya mikroorganisme
lain yang tidak diharapkan pada media tumbuh. Hal tersebut tentunya akan sangat
mengganggu proses pertumbuhan, dan pengamatan bakteri yang diharapkan, dan
nantinya akan berdampak pada kesalahan hasil data yang diperoleh.
Namun pada praktikum ini tidak dilakukan tahap
membius nematoda, karena tujuan dari praktikum ini adalah pembuatan preparat
awetan nematoda. Jamur dalam awetan tersebut telah berkembang dan memiliki
struktur yang sempurna sehingga dapat dikatakan bahwa bahan awetan tersebut cukup
ideal untuk dijadikan awetan jamur. Tahap pertama pembuatan
preparat adalah mengambil jamur dari media. Pengambilan jamur
dilakukan dengan menggunakan jarum ose yang telah disterilkan dengan dipanaskan, harus hati-hati dan
teliti dalam pengambilan, jangan terlau banyak ataupun terlalu sedikit.
Kemudian diletakkan pada gelas benda ditengah lingkaran
parafin, lalu pengamatan pada mikroskop
harus didapati tampilan yang bagus seperti hifa, badan jamur, dan spora jamur yang harus terlihat jelas, Pembuatan preparat merupakan kegiatan yang membutuhkan
ketelitian dan kesabaran dimana pemancingan nematoda, pembuatan lingkaran
paraffin, pemberian glaswool, dan pemberian larutan fiksatif, semuanya
membutuhkan kejelian dan kesabaran. Praktikan harus mengulang beberapa kali untuk
mendapatkan nematoda saat tahap memancing dan membuat lingkaran parafin.
Untuk bahasan selanjutnya adalah mengenai peranan langsung
mikoriza adalah membantu akar dalam meningkatkan penyerapan air karena hifa
cendawan masih mampu menyerap air dari pori-pori tanah pada saat akar tanaman
sudah mengalami kesulitan mengabsorbsi air. Perbanyakan jamur dengan biakan
murni adalah perbanyakan jamur dimana miselium jamur tumbuh pada media agar.
Hasil dari biakan murni inilah yang kemudian diperbanyak menjadi biakan induk
dan menjadi inokulum untuk membuat bibit jamur. Media yang biasa digunakan
untuk biakan murni adalah medium agar Akar tanaman yang pendek dan serabut atau
akar tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik akibat sifat fisik dan kimia tanah
yang rusak dapat terbantu perannya dalam menyerap air dan unsur hara. Hifa
mikoriza yang telah menginfeksi akar tanaman dapat menjulur sampai 10 meter
sehingga mampu menyerap unsur hara dan air pada daerah yang tidak dapat
terjangkau oleh akar. Pada tanaman bermikoriza, respon tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan cenderung lebih dapat bertahan dari kerusakan korteks
dibandingkan tanaman tanpa mikoriza. Gangguan perakaran ini tidak akan
berpengaruh permanen pada akar-akar bermikoriza.
Adapun
beberapa langkah dan cara yang dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk,
dan menghasilkan hasil yang sesuai dan seperti diharapkan. Sedangkan jika hasil
yang di dapat setelah melakukan isolasi dan masa inkubasi tidak ada perubahan,
hal tersebut dikatakan biakan tidak tumbuh. Hal tersebut terjadi dikarenakan
oleh beberapa hal seperti komposisi atau takaran media tidak sesuai dengan
mikroorganisme yang akan di tubuhkan pada media tumbuh tersebut selain itu
faktor yang dapat mengakibatkan mikroorganisme tidak tumbuh adalah ketika
melakukan isolasi mikroorganisme yang diharapkan mati, matinya mikroorganisme
tersebut juga disebabkan oleh beberapa faktor, dan salah satunya adalah terkena
pancaran sinar ultraviolet
Perbandingan
yang dilakukan terhadap jamur dan media biakan kelompok 1 adalah jenis jamur Aspergillus niger sp. Jamur Aspergillus niger merupakan salah satu
jenis jamur yang merugikan dikarenakan jamur tersebut bersifat patogen pada
tanaman inangnya. Hal yang menjadikan jamur Aspergillus niger mapu mengganggu
proses pertumbuhan tanaman iang dikarenakan jamur tersebut dapat menghasilkan
aflatoksin. Aflatoksin mampu mengkontaminasi biji-bijian, daging, buah-buahan
sehingga menjadikan buah yang terkontaminasi menjadi busuk begitu pula dengan
biakan murni kelompok 2 memiliki warna hijau, dan setelah dilakukan
perbandingan dengan literatur yang didapatkan jamur yang tumbuh pada media
biakan murni kelompok 2 adalah jenis jamur Trichoderma
spp. Jamur tersebut menjadi salah satu jamur yang bersifat saprofit, atau
menguntungkan bagi tanaman inangnya. Sedangkan pada biakan kelompok 3 dan
kelompok 4 yang terkontaminasi jamur yang di tumbuhkan berwarna putih susu, dan
setelah dibandingkan dengan literatur yang ada, jamur yang tumbuh pada media biakan
kontaminasi.
Terdapat
beberapa langkah yang harus mempuni terhadap awetan nematoda pertama yang
dilakukan adalah dengan memasukkan akar tanaman inang nematoda tersebut beserta
tanah yang menempel pada akar tanaman inang nematoda pada bak yang telah berisi
air bersih. Kemudian langkah selanjutnya adalah membersihkan akar tanaman inang
tersebut dengan menggunakan air yang telah tersedia didalam bak hingga akar
tanaman inang bersih dari tanah. Langkah selanjutnya yakni membiarkan air dalam
bak yang telah keruh dengan tanah dari tanaman ianang tersebut langkah
berikutnya yakni menyaring air yang berada didalam bak tersebut dengan
menggunakan 3 saringan yang memiliki kerapatan yang berbeda. Diawali dari
saringan yang terlebar, hingga saringan yang paling rapat dengan tujuan agar nematoda
tidak ikut terbuang bersama air yang telah disaring dengan sepenuhnya ketentuan
pemakaian.
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah
dilakukannya praktikum dan upaya dalam mencari kebenaran yang kita lakukan
dapat kita simpulkan bahwa tidak keseluruhan apa yang manusia kebanyakan
beranggapan itu benar, karena ada sekian mikroorganisme yang kita lakuakan
sangat bermanfaat terhadap kesuburan tanah dan juga menjadi salah satu faktor
yang sangat berperan penting untuk dan dalam proses pertumbuhannya, karena yang
dilakukannya adalah sebuah upaya besar besaran dalam proses penumbuhannya.
5.2 Saran
a) Dalam
praktikum sangatlah dibutuhkan sebuah ketelitian, karena itu yang menjadi
patokan dalam pengaplikasian dan upaya dalam mencari kebenaran praktikum serta
dilakukannya.
b) Perlu ditengarai sebuah dasar yang kita lakukan
sebelum konsepnya diterapkn
c) Kontaminasi
yang terjadi akan membuat hal resolusi yang tidak diharapkan akan terjadi kalau
tidak dilakukan exstra hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
Winarto
dan Trizelia, 2008. Aktivitas Antagonistik Dan Karakterisasi Jamur Yang
Berasosiasi Dengan Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne Spp.) Pada Tanah
Dan Akar Tanaman Tomat.
Rahmita
Dewi, dkk, 2007. Kerapatan Dan Biodiversitas Nematoda Tanah Gambut Di Kecamatan
Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. 4 (2). 85-94.
Sunarmi
Yohana Ipuk dan Saparinto Cahyo, 2010. Jamur. Jakarta. Penebar swadaya.
Pracaya,
2008. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.
Mustika
Ika dan Ahmad Riza Zainuddin, 2004. Peluang Pemanfaatan Jamur Nematofagus Untuk
Mengendalikan Nematoda Parasit Pada Tanaman Dan Ternak. Jurnal Litbang
Pertanian. 23 (4). 115-116.
Fadhilah,
dkk, 2011. Kajian Pengolahan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Diponogoro. Modul. 11 (2). 62-63.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar