BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat
menurunkan dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan
tempat penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama
gudang/hama pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk
pertanian pada saat masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di gudang atau
pada masa penyimpanan. Menurut Champ dan Highlei (1985), hama pasca panen
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan
produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat
diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan (Anonim, 2008).
Ada 13 spesies serangga
hama yang dapat beradaptasi dengan baik dalam penyimpanan jagung, 10 spesies
diantaranya sebagai hama utama yang tergolong ke dalam ordo Coleoptera,
sedangkan tiga spesies masuk ke dalam ordo Lepidoptera. Selain itu, sekitar 175
spesies serangga dan kutu (mites) merupakan hama minor. Kehilangan hasil oleh
jasad pengganggu di penyimpanan diperkirakan 30%. Biji rusak mencapai 100% bila
disimpan selama enam bulan didaerah tropis Meksiko. Hama gudang dapat
dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan
keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan kerusakan. Kumbang bubuk Sitophilus
spp. masuk ke dalam kategori ini. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama
yang menyerang danbertahan pada biji yang telah rusak, misalnya Tribolium sp.
(Tarigan, 2008).
Hama gudang mempunyai
sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan,
hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang
tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama
gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas,
karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing
memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang
produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya
telah dilakukan oleh para ahli taxonomi (Rentikol, 2007).
Yang dimaksud dengan
klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok,
penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan
hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah
memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan
Coleoptera, misalnyaTribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp.
, dll (Boror, 2009).
Produk pasca penen
merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk
memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk
dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan
terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan
(hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman
ketika di lapang. Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk
industri hasil pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering
terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya
pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis
kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis,
kulit kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan
dari praktikum ini tentang hama gudang yang dapat menyerang biji-bijian maupun
buah-buahan diantaranya :
1.
Mengidentifikasi karakteristik dan
morfologi hama.
2.
Mengetahui gejala serangan dari hama
serangga hama tersebut.
3.
Mengetahui gambar dari serangga hama
tersebut.
BAB
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Teknologi Panen dan Pascapanen dengan judul Identifikasi Hama Pascapanen Gudang,
dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jember pada hari Jum’at tanggal 22 Oktober 2013 pada jam 14.00
sampai selesai.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1.
Pensil
2.
Penggaris
3.
Kaca pembesar
2.2.2 Bahan
1.
Biji dan buah (kopi, kakao, jagung,
beras, kacang hijau, kacang tanah dan kedelai).
2.
Kertas
3.
Mikroskop serangga
2.3 Cara Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Membelah bahan biji atau buah yang
sekiranya terdapat hamanya.
3.
Memindah hama dari biji atau buah ke
atas cawan petri atau kertas putih.
4.
Mengamati serangga tersebut dengan
mikroskop serangga atau dengan kaca pembesar.
5.
Memberikan nama serangga dengan melihat
gejala dari bentuk tubuh serangga, serta melihat papan nama dan gambar serangga
sebagai literatur.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hama Buah Kopi (Stegobium paniceum)
Umumnya hama
gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium
castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll. Pada beras, ditemukan
Tribolium castaneum dan Sitophilus oryzae, pada komoditas kedelai ditemukan
Tribolium castaneum, pada kopi ditemukan Callocobruchus spp, pada kacang tolo
ditemukan Sitophilus oryzae dan Callocobruchus spp, dan pada komoditas kacang
hijau ditemukan Tribolium castaneum.
Cara Pengendalian
Cara pengendalian
yang aman adalah menggunakan predator hama tersebut. Serangga ini mempunyai
tiga jenis musuh alami yang penting yaitu Prorops nasuta, Heterospilus
coffeicola, dan Cephalonomia stephanoder:
a). Prorops nasuta
Adalah serangga
yang berwarna coklat kehitaman dengan antenna dan kaki berwarna coklat muda.
Serangga ini berasal dari afrika. Beberapa ribu Prorops nasuta dewasa dilepaskan
di kebun kopi, tetapi spesies ini tidak dapat berfungsi sebagai pengendali yang
efektif karena tidak dapat meneruskan perkembangannya.
b). Heterospilus coffeicola
Serangga ini juga
di import ke jawa, akan tetapi tampaknya kecil sekali kemungkinan sebagai
pengendali yang efektif. Hal ini di sebabkan karena serangga dewasanya hidup
bebas, sukar di biakkan di laboratorium dan membutuhkan buah yang terserang
secara berturut-turut unutk mempertahankan hidupnya.
c). Cephalonomia stephanoderis
Merupakan parasit
penting hama ini. Hampir 50% Hypothenemus hampei yang terdapat dalam biji hitam
terparasit. Larvanya merupakan ectoparasit pada larva instant terakhir. Parasit
ini mempunyai kemampuan yang besar dalam menurunkan populasi hama ini.
Cephalonomia stephanoderis ini belum pernah di introduksi di Negara-negara
untuk tujuan pengendalian hayati, tetapi di harapkan dan tampaknya
memperlihatkan potensi untuk tujuan tersebut.
Selain ketiga
serangga parasit dan predator tersebut, juga terdapat musuh alami berupa jamur
yang pernah menyerang Hypothenemus hampei yaitu Brotrytis stephanoderis Bally,
dan Specaris javanica Bally. Jamur-jamur ini biasanya di temukan pada larva
Hypothenemus hampei, tetapi dapat pula membunuh imagonya dalam waktu yang
singkat. Akan tatepi kelemahannya adalah jamur-jamur ini tidak dapat menyebar
lebih jauh dari tempat infeksinya dan dapat menyebabkan kematian dalam jumlah
besar. Jamur ini tidak efektif pada musim kemarau.
3.2.2 Hama Buah Kakao (Hypothenemus)
Tribolium casteneum merupakan salah satu hama gudang.
Tribolium casteneum merusak biji yang telah rusak atas beras pecah sehingga
menimbulkan bau tengik. Tribolium casteneum dikenal sebagai kumbang tepung.
Tribolium casteneum menyerang beras, jagung, sorghum tepung terigu, kakao,
kopra, kacang tanah, gaplek dan remapah-rempahan. Pada material yang keras hama
ini biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada hama lain atau adanya
kerusakan mekanis. Oleh karena itu, Tribolium casteneum termasuk hama sekunder.
Tibolium casteneum pada fase imago memiliki bentuk pipih,
memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya merah kecoklatan sampai coklat gelap.
Tribolium casteneum bentuk sungut
kapitat atau tiga ruas sungut bagian ujung membesar secara mendadak. Mata dari
Tribolium casteneum tidak tertutup dan terdiri dari 3-4 mata faset. Telur dari Tribolium
casteneum berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,5 mm. Larva
berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung
abdomen terdapat tonjolan berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna
gelap. Panjang larva sekitar 5-6 mm. Larva memiliki tungkai thorakal ayng
digunakan untuk bergerak. Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan,
panjang 3-5 mm.
Pada suhu optimal
30oC, dan perkembangan telur hingga dewasa berkisar 24-35 hari. Seekor betina
Tribolium casteneum dapat meletakkan telur hingga 450 butir, yang diletakkan
secara acak. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis
yang merupakan pecahan kecil (remah). Stadia telur 5-12 hari. Setelah larva
menetas larva dapat bergerak aktif pada tepung maupun material makanan karean
memiliki 3 pasang kaki thorakal. Pada fase larva Tribolium casteneum mengalami
pergantian kulit 6 sampai 11 kali. Menjelang masa pupa larva naik ke permukaan
material tersebut. Setelah menjadi imago, kembali masuk dalam material. Imago
Tribolium casteneum mampu hidup sampai tiga tahun.
Pengendalian yang paling efektif adalah dengan sanitasi dan
pengemasan, tetapi masih diperlukan
alternatif pengendalian yang lain. Kebutuhan tindakan pengendalian perlu ditunjang dengan
pengetahuan biologi hama, preferensi hama
terhadap media dan perubahan tepung akibat infestasi hama.
3.2.3 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus
zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan
panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda
berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning
agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan
terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya.
Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus
oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo
Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus
zeamays). Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman
jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang
yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang
terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun
karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008). Cara
pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang
sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya
phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan
resiko yang sangat besar.
3.2.4 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang
muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap
bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah
kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup
larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang
pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau
jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat.
Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat
menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras
yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1
mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya
adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari.
Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi
tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang
gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5
hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31
hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay,
2008).
Klasifikasi
Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda,
Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies
(Sitophilus oryzae) (Anonim, 2008 ).Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk
beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di
berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian.
Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga
merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran
lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang
kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan
butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung.
Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur
dengan air liur hama.
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae
(parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator
dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya
penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat
penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan.
3.2.5 Hama Kacang Hijau (Lasioderma
serricarne)
Morfologi
Ukuran tubuh
Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang
relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Callosobruchus
chinensis L. berbentuk bulat telur sampai cembung. Warna tubuh Kumbang Kacang
Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya
berwarna kekuning-kuningan. Callosobruchus chinensis L.warna coklat terdapat
pada thoraknya.
Kepala
Callosobruchus chinensis L. relatif kecil dan bagian belakang (posteror)
abdomen lebih lebar. Satu ruas abdomen terakahir nampak terlihat seluruhnya
atau sebagian. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput)
agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus,
elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Kaki belakangnya bergigi dua buah dan
bentuk mata seperti tapal kuda.
Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4
mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm.
Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong
agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan.
Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada
bagian yang melekat pada biji. Larva Callosobruchus chinensis L. tidak
bertungkai, berwarna putih dan pada kepala agak kecoklatan.
Siklus Hidup
Imago
Callosobruchus chinensis L.betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur
diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas
setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek
bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar
tempat telur diletakkan. Larva selanjutnya berkembang dalam biji.
Sebelum manjadi
pupa larva membuat lubang pada biji untuk keluarnya imago. Stadium larva
sekitar dua minggu Lama stadia pupa adalah 4-6 hari. Kemudian pupa berubah
menjadi Imago. Imago Callosobruchus chinensis L.mempunyai daur hidup yang
pendek, pada kondisi optimum hanya bertahan paling lama 12 hari.
Penanganan
Pengendalian hama
ini yakni melalui pengaturan suhu, kelembaban dalam tempat penyimpanan untuk
menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan serangga, membangun
tempat penyimpanan berbahan dasar pasir, tanah liat dankayu jati untuk melindungi
biji-bijian sesuai skala penyimpanan, tambahkan bahan dari tumbuhan seperti
bibit neem, daun neem, dan minyak neem karena mengandung senyawa kimia penolak
hama dalamsimpanan. Pemanfaatan patogen hama gudang misalnya bakteri
Bacillusthuringiensis dengan aplikasi secara langsung pada komoditas
simpananatau aplikasi dengan cara disebarkan pada perangkap. pemanfaatan musuh
alami (predator dan parasitoid) pada tempatpenyimpanan, dan penggunaan genotipe
tahan terhadap serangan hama pasca panen.
3.3.6
Hama Kacang Tanah (Tribolium casteneum)
Gambaran Umum
Tribolium casteneum
merupakan salah satu hama gudang. Tribolium casteneum merusak biji yang telah
rusak atas beras pecah sehingga menimbulkan bau tengik. Tribolium casteneum
dikenal sebagai kumbang tepung. Tribolium casteneum menyerang beras, jagung,
sorghum tepung terigu, kakao, kopra, kacang tanah, gaplek dan remapah-rempahan.
Pada material yang keras hama ini biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada
hama lain atau adanya kerusakan mekanis. Oleh karena itu, Tribolium casteneum
termasuk hama sekunder.
Morfologi
Tribolium casteneum pada fase imago
memiliki bentuk pipih, memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya merah kecoklatan
sampai coklat gelap. Tribolium casteneum
bentuk sungut kapitat atau tiga ruas sungut bagian ujung membesar secara
mendadak. Mata dari Tribolium casteneum tidak tertutup dan terdiri dari 3-4 mata faset. Telur dari Tribolium
casteneum berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,5 mm. Larva
berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung
abdomen terdapat tonjolan berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna
gelap. Panjang larva sekitar 5-6 mm. Larva memiliki tungkai thorakal ayng
digunakan untuk bergerak. Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan,
panjang 3-5 mm.
Siklus Hidup
Pada suhu optimal 30oC, dan perkembangan telur
hingga dewasa berkisar 24-35 hari. Seekor betina Tribolium casteneum dapat
meletakkan telur hingga 450 butir, yang diletakkan secara acak. Telur
diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan
pecahan kecil (remah). Stadia telur 5-12 hari. Setelah larva menetas larva
dapat bergerak aktif pada tepung maupun material makanan karean memiliki 3
pasang kaki thorakal. Pada fase larva Tribolium casteneum mengalami pergantian
kulit 6 sampai 11 kali. Menjelang masa pupa larva naik ke permukaan material
tersebut. Setelah menjadi imago, kembali masuk dalam material. Imago Tribolium
casteneum mampu hidup sampai tiga tahun.
Penanganan
Pengendalian yang paling
efektif adalah dengan sanitasi dan pengemasan, tetapi masih diperlukan alternatif pengendalian yang
lain. Kebutuhan tindakan pengendalian
perlu ditunjang dengan pengetahuan biologi hama, preferensi hama terhadap media dan perubahan tepung akibat infestasi
hama.
3.2.7
Hama Kedelai (Callosobruchus chinensis)
Ukuran tubuh Kumbang
kedelai (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil
dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang kedelai
(Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna
kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala
(Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum
halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm.
Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan
produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva
biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang
melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan.
Lama stadia larva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang.
Gejala serangan Kumbang
kedelai (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau
yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas
serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang,
walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi.
Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang
tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas
serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas
tertinggi ada pada komoditas beras. Pengendalian dapat dilakukan dengan
melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini.
BAB
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sebagian besar
hama gudang merupakan ordo coleopteran (serangga). hama pasca panen merupakan
salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi.
Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh
berbagai hama gudang yang dapat merugikan. Sedangkan cara untuk mengatasinya
dapat melalui cara kimia, biologi, dan mekanik. Selain itu Dari hasil pengamatan
yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.
Hama gudang adalah serangga hama yang
menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil panen. Umumnya hama gudang yang
sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera.
2.
Pada umumnya morfologi Hama Kumbang
terdiri dari Caput, Antena, Alat
mulut, Mata mejemuk, Thorax, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai
belakang, Abdomen dan Sayap.
3.
Pengendalian hama gudang secara umum
yaitu dengan menjemur melakukan serta fumigasi terhadap bahan pangan yang akan
di simpan dalam gudang.
4.2 Saran
Saran saya sebagai
praktikan yaitu sebaiknya kebersihan laboratorium di jaga dengan baik. Agar
para praktikan dapat mengikuti praktek dengan nyaman. Sehingga dalam
pelaksanaan praktikum juga lebih efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2008. Pesticides and Humid
Tropical – Grain Stroge System. Proceedings of an International Seminar in
Manila, Philipines, 27-30 Maros, 1985. Aciar Proceedings No. 41. Kartasaputra.
A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar,
Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch.
(Coleoptera: Curculionidae) dan Strategi pengendaliannya. Litbang Pertanian 23(4).
Rentikol, 2008. Pengaruh Kadar
Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F (Coleoptera;
Anobiidae) di Laboratorium.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra
Utara. Medan.
Wagianto. A.G. 1991. Hama-hama
Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar