Kamis, 12 Desember 2013

PENGAMATAN HAMA GUDANG

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak  produk pertanian saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Menurut Champ dan Highlei (1985), hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan (Anonim, 2008).
Ada 13 spesies serangga hama yang dapat beradaptasi dengan baik dalam penyimpanan jagung, 10 spesies diantaranya sebagai hama utama yang tergolong ke dalam ordo Coleoptera, sedangkan tiga spesies masuk ke dalam ordo Lepidoptera. Selain itu, sekitar 175 spesies serangga dan kutu (mites) merupakan hama minor. Kehilangan hasil oleh jasad pengganggu di penyimpanan diperkirakan 30%. Biji rusak mencapai 100% bila disimpan selama enam bulan didaerah tropis Meksiko. Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan kerusakan. Kumbang bubuk Sitophilus spp. masuk ke dalam kategori ini. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang danbertahan pada biji yang telah rusak, misalnya Tribolium sp. (Tarigan, 2008).
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi (Rentikol, 2007).
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnyaTribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll (Boror, 2009).
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).

1.2 Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini tentang hama gudang yang dapat menyerang biji-bijian maupun buah-buahan diantaranya :
1.        Mengidentifikasi karakteristik dan morfologi hama.
2.        Mengetahui gejala serangan dari hama serangga hama tersebut.
3.        Mengetahui gambar dari serangga hama tersebut.



BAB II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Panen dan Pascapanen dengan judul Identifikasi Hama Pascapanen Gudang, dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Jum’at tanggal 22 Oktober 2013 pada jam 14.00 sampai selesai.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1.        Pensil
2.        Penggaris
3.        Kaca pembesar
2.2.2 Bahan
1.        Biji dan buah (kopi, kakao, jagung, beras, kacang hijau, kacang tanah dan kedelai).
2.        Kertas
3.        Mikroskop serangga
2.3 Cara Kerja
1.        Menyiapkan alat dan bahan.
2.        Membelah bahan biji atau buah yang sekiranya terdapat hamanya.
3.        Memindah hama dari biji atau buah ke atas cawan petri atau kertas putih.
4.        Mengamati serangga tersebut dengan mikroskop serangga atau dengan kaca pembesar.
5.        Memberikan nama serangga dengan melihat gejala dari bentuk tubuh serangga, serta melihat papan nama dan gambar serangga sebagai literatur.



BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hama Buah Kopi (Stegobium paniceum)
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll. Pada beras, ditemukan Tribolium castaneum dan Sitophilus oryzae, pada komoditas kedelai ditemukan Tribolium castaneum, pada kopi ditemukan Callocobruchus spp, pada kacang tolo ditemukan Sitophilus oryzae dan Callocobruchus spp, dan pada komoditas kacang hijau ditemukan Tribolium castaneum.
Cara Pengendalian
Cara pengendalian yang aman adalah menggunakan predator hama tersebut. Serangga ini mempunyai tiga jenis musuh alami yang penting yaitu Prorops nasuta, Heterospilus coffeicola, dan Cephalonomia stephanoder:
a). Prorops nasuta
Adalah serangga yang berwarna coklat kehitaman dengan antenna dan kaki berwarna coklat muda. Serangga ini berasal dari afrika. Beberapa ribu Prorops nasuta dewasa dilepaskan di kebun kopi, tetapi spesies ini tidak dapat berfungsi sebagai pengendali yang efektif karena tidak dapat meneruskan perkembangannya.
b). Heterospilus coffeicola
Serangga ini juga di import ke jawa, akan tetapi tampaknya kecil sekali kemungkinan sebagai pengendali yang efektif. Hal ini di sebabkan karena serangga dewasanya hidup bebas, sukar di biakkan di laboratorium dan membutuhkan buah yang terserang secara berturut-turut unutk mempertahankan hidupnya.
c). Cephalonomia stephanoderis
Merupakan parasit penting hama ini. Hampir 50% Hypothenemus hampei yang terdapat dalam biji hitam terparasit. Larvanya merupakan ectoparasit pada larva instant terakhir. Parasit ini mempunyai kemampuan yang besar dalam menurunkan populasi hama ini. Cephalonomia stephanoderis ini belum pernah di introduksi di Negara-negara untuk tujuan pengendalian hayati, tetapi di harapkan dan tampaknya memperlihatkan potensi untuk tujuan tersebut.
Selain ketiga serangga parasit dan predator tersebut, juga terdapat musuh alami berupa jamur yang pernah menyerang Hypothenemus hampei yaitu Brotrytis stephanoderis Bally, dan Specaris javanica Bally. Jamur-jamur ini biasanya di temukan pada larva Hypothenemus hampei, tetapi dapat pula membunuh imagonya dalam waktu yang singkat. Akan tatepi kelemahannya adalah jamur-jamur ini tidak dapat menyebar lebih jauh dari tempat infeksinya dan dapat menyebabkan kematian dalam jumlah besar. Jamur ini tidak efektif pada musim kemarau.
3.2.2 Hama Buah Kakao (Hypothenemus)
Tribolium casteneum merupakan salah satu hama gudang. Tribolium casteneum merusak biji yang telah rusak atas beras pecah sehingga menimbulkan bau tengik. Tribolium casteneum dikenal sebagai kumbang tepung. Tribolium casteneum menyerang beras, jagung, sorghum tepung terigu, kakao, kopra, kacang tanah, gaplek dan remapah-rempahan. Pada material yang keras hama ini biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada hama lain atau adanya kerusakan mekanis. Oleh karena itu, Tribolium casteneum termasuk hama sekunder.
Tibolium casteneum pada fase imago memiliki bentuk pipih, memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya merah kecoklatan sampai coklat gelap. Tribolium casteneum  bentuk sungut kapitat atau tiga ruas sungut bagian ujung membesar secara mendadak. Mata dari Tribolium casteneum tidak tertutup dan terdiri dari  3-4 mata faset. Telur dari Tribolium casteneum berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,5 mm. Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung abdomen terdapat tonjolan berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Panjang larva sekitar 5-6 mm. Larva memiliki tungkai thorakal ayng digunakan untuk bergerak. Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan, panjang 3-5 mm.
Pada  suhu optimal 30oC, dan perkembangan telur hingga dewasa berkisar 24-35 hari. Seekor betina Tribolium casteneum dapat meletakkan telur hingga 450 butir, yang diletakkan secara acak. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Stadia telur 5-12 hari. Setelah larva menetas larva dapat bergerak aktif pada tepung maupun material makanan karean memiliki 3 pasang kaki thorakal. Pada fase larva Tribolium casteneum mengalami pergantian kulit 6 sampai 11 kali. Menjelang masa pupa larva naik ke permukaan material tersebut. Setelah menjadi imago, kembali masuk dalam material. Imago Tribolium casteneum mampu hidup sampai tiga tahun.
Pengendalian yang paling efektif adalah dengan sanitasi dan pengemasan, tetapi  masih diperlukan alternatif pengendalian yang lain. Kebutuhan tindakan  pengendalian perlu ditunjang dengan pengetahuan biologi hama, preferensi hama  terhadap media dan perubahan tepung akibat infestasi hama.
3.2.3 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya.
Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus zeamays). Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008). Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar.
3.2.4 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Anonim, 2008 ).Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama.
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan.
3.2.5 Hama Kacang Hijau (Lasioderma serricarne)
Morfologi
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Callosobruchus chinensis L. berbentuk bulat telur sampai cembung. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Callosobruchus chinensis L.warna coklat terdapat pada thoraknya.
Kepala Callosobruchus chinensis L. relatif kecil dan bagian belakang (posteror) abdomen lebih lebar. Satu ruas abdomen terakahir nampak terlihat seluruhnya atau sebagian. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Kaki belakangnya bergigi dua buah dan bentuk mata seperti tapal kuda.
 Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Larva Callosobruchus chinensis L. tidak bertungkai, berwarna putih dan pada kepala agak kecoklatan.
Siklus Hidup
Imago Callosobruchus chinensis L.betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Larva selanjutnya berkembang dalam biji.
Sebelum manjadi pupa larva membuat lubang pada biji untuk keluarnya imago. Stadium larva sekitar dua minggu Lama stadia pupa adalah 4-6 hari. Kemudian pupa berubah menjadi Imago. Imago Callosobruchus chinensis L.mempunyai daur hidup yang pendek, pada kondisi optimum hanya bertahan paling lama 12 hari.
Penanganan
Pengendalian hama ini yakni melalui pengaturan suhu, kelembaban dalam tempat penyimpanan untuk menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan serangga, membangun tempat penyimpanan berbahan dasar pasir, tanah liat dankayu jati untuk melindungi biji-bijian sesuai skala penyimpanan, tambahkan bahan dari tumbuhan seperti bibit neem, daun neem, dan minyak neem karena mengandung senyawa kimia penolak hama dalamsimpanan. Pemanfaatan patogen hama gudang misalnya bakteri Bacillusthuringiensis dengan aplikasi secara langsung pada komoditas simpananatau aplikasi dengan cara disebarkan pada perangkap. pemanfaatan musuh alami (predator dan parasitoid) pada tempatpenyimpanan, dan penggunaan genotipe tahan terhadap serangan hama pasca panen.
3.3.6 Hama Kacang Tanah (Tribolium casteneum)
Gambaran Umum
Tribolium casteneum merupakan salah satu hama gudang. Tribolium casteneum merusak biji yang telah rusak atas beras pecah sehingga menimbulkan bau tengik. Tribolium casteneum dikenal sebagai kumbang tepung. Tribolium casteneum menyerang beras, jagung, sorghum tepung terigu, kakao, kopra, kacang tanah, gaplek dan remapah-rempahan. Pada material yang keras hama ini biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada hama lain atau adanya kerusakan mekanis. Oleh karena itu, Tribolium casteneum termasuk hama sekunder.
Morfologi 
            Tribolium casteneum pada fase imago memiliki bentuk pipih, memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya merah kecoklatan sampai coklat gelap. Tribolium casteneum  bentuk sungut kapitat atau tiga ruas sungut bagian ujung membesar secara mendadak. Mata dari Tribolium casteneum tidak tertutup dan terdiri dari  3-4 mata faset. Telur dari Tribolium casteneum berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,5 mm. Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung abdomen terdapat tonjolan berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Panjang larva sekitar 5-6 mm. Larva memiliki tungkai thorakal ayng digunakan untuk bergerak. Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan, panjang 3-5 mm.
Siklus Hidup
Pada  suhu optimal 30oC, dan perkembangan telur hingga dewasa berkisar 24-35 hari. Seekor betina Tribolium casteneum dapat meletakkan telur hingga 450 butir, yang diletakkan secara acak. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Stadia telur 5-12 hari. Setelah larva menetas larva dapat bergerak aktif pada tepung maupun material makanan karean memiliki 3 pasang kaki thorakal. Pada fase larva Tribolium casteneum mengalami pergantian kulit 6 sampai 11 kali. Menjelang masa pupa larva naik ke permukaan material tersebut. Setelah menjadi imago, kembali masuk dalam material. Imago Tribolium casteneum mampu hidup sampai tiga tahun.
Penanganan
Pengendalian yang paling efektif adalah dengan sanitasi dan pengemasan, tetapi  masih diperlukan alternatif pengendalian yang lain. Kebutuhan tindakan  pengendalian perlu ditunjang dengan pengetahuan biologi hama, preferensi hama  terhadap media dan perubahan tepung akibat infestasi hama.
3.2.7 Hama Kedelai (Callosobruchus chinensis)
Ukuran tubuh Kumbang kedelai (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang kedelai (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang.
Gejala serangan Kumbang kedelai (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras. Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
            Sebagian besar hama gudang merupakan ordo coleopteran (serangga). hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan. Sedangkan cara untuk mengatasinya dapat melalui cara kimia, biologi, dan mekanik. Selain itu Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        Hama gudang adalah serangga hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil panen. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera.
2.        Pada umumnya morfologi Hama Kumbang terdiri dari Caput, Antena, Alat    mulut, Mata mejemuk, Thorax, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Abdomen dan Sayap.
3.        Pengendalian hama gudang secara umum yaitu dengan menjemur melakukan serta fumigasi terhadap bahan pangan yang akan di simpan dalam gudang.

4.2  Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu sebaiknya kebersihan laboratorium di jaga dengan baik. Agar para praktikan dapat mengikuti praktek dengan nyaman. Sehingga dalam pelaksanaan praktikum juga lebih efektif.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pesticides and Humid Tropical – Grain Stroge System. Proceedings of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30 Maros, 1985. Aciar Proceedings No. 41. Kartasaputra. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar,
Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) dan Strategi pengendaliannya. Litbang Pertanian 23(4).
Rentikol, 2008. Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F (Coleoptera; Anobiidae) di Laboratorium.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Wagianto. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar,




Tidak ada komentar:

Posting Komentar