Kamis, 12 Desember 2013

TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produktivitas jagung di Indonesia masih tergolong rendah dan kurang produktif pemasokannya bila disejajarkan dengan Negara penghasil jagung internasional. Bagaimana tidak, semua itu terjadi karena salahnya pemakaian dan penggunaan procedure yang sebenarnya sudah diberlakukan oleh mekanisme pertanian modern. Penggunaan varietas yang tidak unggul menjadi penentu bagi permasalahan yang sampai saat ini menjadi kemelut bagi perkembangan jagung nasional, tidak hanya disebabkan oleh itu saja melainkan permasalahan tersebut muncul karena pemanfaatan teknologi diminoritaskan dan lebih cenderung memanfaatkan kearifan budaya local, penanaman yang tidak tepat dengan waktunya serta penggunaan dosis pupuk yang tidak disesuaikan dengan dosis pemakaian dan tepat sasaran. Selanjutnya, pendapatan yang diharapkan oleh petani adalah kebergantungan pascapanen dengan mengoptimalkan sesuai penanganannya.
  Kendati demikian, masih banyak momentum proses yang perlu dilakukan agar supaya ketahanan pangan terlebih jagung dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan pengharapan. Selektif dan teliti dalam mencari bibit penanaman, penyesesuain penggunaan lahan yang baik serta diolahnya dengan mekanisme pemberlakuan pertanian. Sebenarnya, keseluruhan akan permasalahan tersebut akan terselesaikan dengan sempurna dan baik apabila penyesesuaian akan banyak hal dilakukannya seperti waktu tanam yang sesuai, penyiapan benih yang berkualitas dan pemeliharaan dilakukan. Konsep teori tersebut akan berjalan apabila dilakukan dalam proses penanaman sebab lahirnya penerapan karena terjadinya suatu pembentukan konsep yang matang serta konsep tersebut sudah diuji kelayakannya dan tidak dapat diragukan lagi, lebih mudahnya dari budidaya jagung adalah apabila berkeinginan produktivitasnya meningkat tidak harus dengan lahan basah dan pemberlakuan system aerasi dan drainase yang baik terpentingnya adalah tanah tersebut bersifat gembur.
Upaya untuk menanggulangi banyak permasalahan sudah kerap dilakukan termasuk dalam rangka mendorong percepatan adopsi varietas unggul jagung, kegiatan perbenihan memegang peranan yang sangat vital. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tegak, perakaran kuat dan produksi tinggi. Salah satu permasalahan perbenihan di tingkat petani adalah harga benih yang mahal sehingga petani lebih memilih menanam jagung lokal atau turunan hibrida dari pertanaman musim sebelumnya. Permasalahan lain adalah benih tidak tersedia saat dibutuhkan.

1.2 Tujuan
1.    Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2.  Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung merupakan bagian dari sub sektor tanaman pangan yang memberikan andil bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong industry hilir yang kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar. Tanaman jagung juga merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras (Anonim, 2003).
`           Peningkatan produksi jagung menunjukkan bahwa produksi jagung nasional rata-rata negatif dan cenderung menurun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk selalu positif yang berarti kebutuhan terus meningkat. Pada kenyataannya total produksi dan kebutuhan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kesenjangan yang terus melebar dan jika terus dibiarkan, konsekuensinya adalah peningkatan jumlah impor jagung yang semakin besar dan Negara kita semakin tergantung pada Negara asing (Frobel, 2013).
Rumput teki (Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai gulma pada tanaman jagung, juga mempunyai kemampuan menghasilkan allelokimia. Hambatan pertumbuhan akibat adanya allelokimia dalam peristiwa allelopati dapat menyebabkan hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, dan sintesa protein. Pelepasan alelokimia oleh rumput teki akan meningkat pada kondisi yang ekstrim, sehingga pertahanan tumbuhan gulma pada kondisi yang kurang menguntungkan. Salah satu kondisi yang kurang menguntungkan tersebut adalah tanah salin (Rizka, 2012).
Tindak lanjut arah kebijakan pembangunan ekonomi di sektor pertanian tersebut adalah ditetapkannya Agropolitan sebagai progam unggulan pembangunan dengan kompetensi berbasis jagung. Dalam pelaksanaannya masih banyak kendala yang dihadapi baik oleh petani maupun oleh perencana (pemerintah). Kaitannya dengan hal tersebut, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian. (Nurdin, 2008).
Penggunaan jagung hibrida yang berproduksi tinggi meski secara ekonomis lebih menguntungkan bagi petani, namun dari sisi konservasi cukup mengancam keberadaan jagung varietas local yang merupakan sumber keragaman plasma nutfah local. Oleh karena itu pemanfaatan jagung hibrida pengembangan dari jagung local merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi kekurangan pasoan bahan pakan ternak yang terjadi saat ini. Hasil perakitan jagung hibrida yang berdaya hasil dan bernilai gizi tinggi pada kondisi input rendah sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang ada saat ini. Pemberian input rendah dapat mengurangi biaya produksi dan ramah lingkungan (Mubarakkan, 2012).
Tanaman jagung manis atau sweet corn merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Sweet corn semakin popular dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur produksinya lebih singkat (genjah) yaitu 70 – 80 hari sehingga sangat menguntungkan Proses immobilisasi N menunjukkan bahwa unsur hara N belum tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam tanah sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan selanjutnya berpengaruh pada produksi tanaman jagung manis. Hal ini sesuai dengan pernyataan.
Di Iran budidaya jagung juga sangat penting. Permintaan negara jagung adalah sekitar 3,7 menjadi 4 juta ton per tahun dari yang 2,2 juta ton diproduksi  Secara internal dan hampir 1,5 juta ton yang disediakan oleh mengimpor (Departemen Pertanian Jihad, 2005). Jadi, bagian yang menonjol dari jagung disediakan oleh mengimpor, dan akibatnya, memperluas areal dan meningkatkan produksi tanaman ini memiliki prioritas khusus.
Uji coba lapangan pada manajemen kesuburan biologi tanah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi jagung dilakukan di wilayah padang DR Kongo. Tiga bahan organik termasuk biomassa segar Entada abyssinica, Tithonia diver-sifolia, Stylosanthes gracilis dan kombinasi mineral nitrogen dan fosfor (NP) (115-63-0) bersama dengan kendali (tanpa pembuahan) dievaluasi untuk tanaman jagung pertumbuhan dan produksi. Uji coba lapangan adalah desain yang sama sekali ber-domized dengan empat ulangan. Tinggi tanaman, diameter batang basal, dan komponen hasil yang dinilai. Irrespec-tive perawatan pemupukan dan varietas, jagung menunjukkan pertumbuhan yang sama hingga 20 hari setelah tanam (DAS), dan kemudian dua kecenderungan yang berbeda diamati. Pada 60 DAS, tinggi tanaman dan diameter basal secara signifikan lebih besar dalam plot diobati dengan NP, T. diversifolia dan E (Mupala, 2012).
Salah satu aspek yang paling mendasar dari pengelolaan tanaman adalah budidaya jagung, seperti banyak produk lainnya tinggal tanggal menabur. Hal ini karena tanah dan tanah tunduk pada variasi iklim. Waktu tanam juga telah terbukti berdampak pada pertumbuhan tanaman. Berbagai percobaan telah menunjukkan bahwa selama pertumbuhan tanaman jagung, dari tanam sampai panen, tanaman menunjukkan perubahan signifikan dalam hal karakteristik fisiologis mereka (Khajeh pour, 2004).


















BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Produksi Tanaman I dengan acara “Teknik Budidaya Jagung”, dilaksanakan di Agroteknopark Jubung Universitas Jember pada hari kamis tanggal 24 Oktober 2013 pada jam 15.00 WIB sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.        Cangkul
2.        Tugal
3.        Roll meter
4.        Tali raffia
5.        Papan naman
6.        Ayakan
7.        Timba
3.2.2 Bahan
1.        Benih jagung
2.        Tanah
3.        dan pupuk : Urea, SP-36, KCL, Polybag ukuran 40x60, Tanah kering angin (diayak).
3.3 Cara Kerja
1.        Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.        Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin.
3.        Mengambil sampel tanah kemudian dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah.
4.        Memasukkan tanah sebanyak 10 Kg kedalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5.        Menanam benih jagung pada masing-masing perlakuan, satu lubang diisi 2 benih.
6.        Pemupukan SP-36 dan KCL serta penambahan Bahan Organik sesuai dengan dosis anjuran dari analisis sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan. 
7.        Melakukan pengamatan secara rutin.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah terselesaikan dapat kita analysis bersama akan hasil dari masing perlakuan berbeda ini disebabkan karena perlakuannya pun berbeda. Pada perlakuan yang terburuk pada perlakuan perlakuan kontrol yang pada minggu 7 mengalami penurunan jumlah daun. jumlah akar pada tanaman jagung kontrol dengan jumlah 40, pada perlakuan 1 sebanyak 60, dan perlakuan 2 sebanyak 30. Panjang akar pada tanaman jagung pada perlakuan kontrol panjang mencapai 19 cm, perlakuan 1 panjang mencapai 33cm, perlakuan 2 panjang mencapai 33 cm.
Tanaman jagung mempunyai prospek yang baik jika dikelola secara intensif dan komersial. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan. Disamping itu juga prospek pasar produksi jagung semakin baik, karena didukung oleh adanya kesadaran gizi dan diversifikasi bahan makanan pada masyarakat. Keadaan ini merupakan peluang pasar yang potensial bagi petani dalam mengusahakan tanaman jagung. Terlebihlagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulandibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, sertaproduktivitasnya lebih banyak. Dengan demikian peningkatan produksi jagung baik kualitas maupun kuantitas sangat penting.
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu. Pemahaman morfologi dan fase pertumbuhan jagung sangat membantu dalam mengidentifikasi pertumbuhan tanaman.
Dalam berbudidaya tanaman seperti pada umunya dalam perumbuhannya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor – faktor yang mempengaruhi tanaman jagung ada dua macam yaitu faktor lingkungan atau eksternal diantaranya adalah iklim cahaya, temperatur udara, air, angin, matahari dan gas), tanah tekstur dan struktur tanah, bahan organik, ketersediaan nutrien, dan pH), dan biologis gulma, serangga, mikroorganisme penyebab penyakit, nematode, dll). Cahaya sangat dibutuhkan tanaman untuk proses fotosintesis berdasarkan cahaya tanaman dibedakan beberapa macam diantaranaya tanaman berhari pendek, netral dan panjang. Dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang optimal diperlukan adanya suhu ideal yang disebut temperatur optimum.
Di Indonesia pada daerah tropis temperatur optimum tumbuhan berkisar antara 220 – 370 C. tanah dan udara sekitar yang kurang lembab (airnya cukup) akan sangat baik atau cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena pada kondisi seperti itu tanaman menyerap banyak air dan penguapan (transpirasi) air semakin menurun, sehingga memungkinkan cepat terjadinya pembelahan dan pemanjangan sel-sel untuk mencapai ukuran maksimum. Unsur-unsur hara (nutrisi) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang disebut unsur makro, misalnya C, O2, N, H, S, P, K, Mg. Adapun nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit disebut unsur mikro, misalnya Mn, Zn.tekstur tanah yang gembur dan yang mengandung bahan organik tinggi akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung yang optimal.
Tanaman jagung digolongkan sebagai salah satu tanaman indikator untuk mengetahui ketersediaan hara dalam tanah, oleh karena itu untuk dapat tumbuh dan berkembangnya tanaman jagung secara optimal relatif dibutuhkan hara yang cukup, sehingga pemupukan merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik pada dasarnya adalah guna memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Untuk efisiensi pemberian pupuk maka pemupukan dilakukan secara berimbang, artinya pemberian berdasarkan kepada keseimbangan antara hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung berdasarkan sasaran tingkat hasil yang ingin dicapai dengan ketersediaan hara dalam tanah.
Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi tanaman jagung ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial, hama dan penyakit danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman adalah cahaya. Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang ditimbulkan oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan cahaya. Bagi tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam melakukan fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh tanaman tetapi proses pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang, membukanya hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan daun, pembukaan bunga dan dormansi tunas.
Faktor esensial merupakan faktor yang meliputi beberapa hal seperti air, unsur hara, sifat fisik tanah dan sifat biologi tanah. Air merupakan mineral yang terbentuk dari H2 dan O2 sehingga membentuk senyawa dihidrogen oksida (H2O). Air ini juga sebagai sumber kehidupan karena 90% makluk hidup memerlukan air dan juga 95% tubuh makluk hidup terdiri dari air. Bagi kindom plantae atau tanaman air merupakan hal pokok dalam melakukan berbagai kegiatan seperti fotosintesis, pebelahan sel, perkembangan tanaman dan lain-lain. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman terutama tanaman jagung memerlukan air yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Tanaman jagung memerlukan tanaman yang hanya membutuhkan kadar air sedikit dalam siklus pertumbuhannya. Air didapat tanaman jagung dari dalam tanah melalui bulu-bulu akar tanaman. Masuknya air ke dalam akar melalui proses difusi yang terjadi pada sel akar tanaman. Akar tanaman jagung dapat mencapai panjang 25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanah lebih efektif. Untuk tanaman jagung tanah yang paling bagus digunakan adalah tanah yang memiliki ketersedian air yang cukup selama pertumbuhan tanaman dan memiliki aerasi yang cukup.
Unsur hara yang terkandung didalam tanah merupakan faktor yang salah satu mendukung untuk peningkatan produksi tanaman jagung. Unsur hara digunakan tanaman untuk melakukan fotosintesis sehingga tanaman dapat melangsungkan pertumbuhan dan perkembangan. Unsur hara dapat ditambahkan ke tanah dalam bentuk pupuk baik dalam pupuk kimia maupun pupuk organik. Tanaman hanya memerlukan unsur hara utama yaitu N, P dan K. Ketiga unsur tersebut dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan juga berguna dalam membantu tanaman dalam hal pertumbuhan tanaman dan perkembangan tanaman. Untuk unsur P dan K digunakan tanaman untuk proses metabolisme sel, pembentukan enzim dan proses fisiologi tanaman sehingga dapat meningkatkan hasil berat biji tanaman jagung. Dari hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas tanaman jagung sehingga menambah berat kering setiap biji tanaman jagung.

Perkembangan jagung di indonesia, jangung merupakan bahan pangan yang di butuhkan oleh masyarakat indonesia maupun luar negri, kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Banyak contoh negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya. Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai pertahanan musuh. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu bangsa akan sulit lepas dari cengkraman penjajah/musuh. Dengan demikian upaya untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai bagian yang mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi.

PENGAMATAN HAMA GUDANG

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak  produk pertanian saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Menurut Champ dan Highlei (1985), hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan (Anonim, 2008).
Ada 13 spesies serangga hama yang dapat beradaptasi dengan baik dalam penyimpanan jagung, 10 spesies diantaranya sebagai hama utama yang tergolong ke dalam ordo Coleoptera, sedangkan tiga spesies masuk ke dalam ordo Lepidoptera. Selain itu, sekitar 175 spesies serangga dan kutu (mites) merupakan hama minor. Kehilangan hasil oleh jasad pengganggu di penyimpanan diperkirakan 30%. Biji rusak mencapai 100% bila disimpan selama enam bulan didaerah tropis Meksiko. Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan kerusakan. Kumbang bubuk Sitophilus spp. masuk ke dalam kategori ini. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang danbertahan pada biji yang telah rusak, misalnya Tribolium sp. (Tarigan, 2008).
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi (Rentikol, 2007).
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnyaTribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll (Boror, 2009).
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).

1.2 Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini tentang hama gudang yang dapat menyerang biji-bijian maupun buah-buahan diantaranya :
1.        Mengidentifikasi karakteristik dan morfologi hama.
2.        Mengetahui gejala serangan dari hama serangga hama tersebut.
3.        Mengetahui gambar dari serangga hama tersebut.



BAB II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Panen dan Pascapanen dengan judul Identifikasi Hama Pascapanen Gudang, dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Jum’at tanggal 22 Oktober 2013 pada jam 14.00 sampai selesai.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1.        Pensil
2.        Penggaris
3.        Kaca pembesar
2.2.2 Bahan
1.        Biji dan buah (kopi, kakao, jagung, beras, kacang hijau, kacang tanah dan kedelai).
2.        Kertas
3.        Mikroskop serangga
2.3 Cara Kerja
1.        Menyiapkan alat dan bahan.
2.        Membelah bahan biji atau buah yang sekiranya terdapat hamanya.
3.        Memindah hama dari biji atau buah ke atas cawan petri atau kertas putih.
4.        Mengamati serangga tersebut dengan mikroskop serangga atau dengan kaca pembesar.
5.        Memberikan nama serangga dengan melihat gejala dari bentuk tubuh serangga, serta melihat papan nama dan gambar serangga sebagai literatur.



BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hama Buah Kopi (Stegobium paniceum)
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll. Pada beras, ditemukan Tribolium castaneum dan Sitophilus oryzae, pada komoditas kedelai ditemukan Tribolium castaneum, pada kopi ditemukan Callocobruchus spp, pada kacang tolo ditemukan Sitophilus oryzae dan Callocobruchus spp, dan pada komoditas kacang hijau ditemukan Tribolium castaneum.
Cara Pengendalian
Cara pengendalian yang aman adalah menggunakan predator hama tersebut. Serangga ini mempunyai tiga jenis musuh alami yang penting yaitu Prorops nasuta, Heterospilus coffeicola, dan Cephalonomia stephanoder:
a). Prorops nasuta
Adalah serangga yang berwarna coklat kehitaman dengan antenna dan kaki berwarna coklat muda. Serangga ini berasal dari afrika. Beberapa ribu Prorops nasuta dewasa dilepaskan di kebun kopi, tetapi spesies ini tidak dapat berfungsi sebagai pengendali yang efektif karena tidak dapat meneruskan perkembangannya.
b). Heterospilus coffeicola
Serangga ini juga di import ke jawa, akan tetapi tampaknya kecil sekali kemungkinan sebagai pengendali yang efektif. Hal ini di sebabkan karena serangga dewasanya hidup bebas, sukar di biakkan di laboratorium dan membutuhkan buah yang terserang secara berturut-turut unutk mempertahankan hidupnya.
c). Cephalonomia stephanoderis
Merupakan parasit penting hama ini. Hampir 50% Hypothenemus hampei yang terdapat dalam biji hitam terparasit. Larvanya merupakan ectoparasit pada larva instant terakhir. Parasit ini mempunyai kemampuan yang besar dalam menurunkan populasi hama ini. Cephalonomia stephanoderis ini belum pernah di introduksi di Negara-negara untuk tujuan pengendalian hayati, tetapi di harapkan dan tampaknya memperlihatkan potensi untuk tujuan tersebut.
Selain ketiga serangga parasit dan predator tersebut, juga terdapat musuh alami berupa jamur yang pernah menyerang Hypothenemus hampei yaitu Brotrytis stephanoderis Bally, dan Specaris javanica Bally. Jamur-jamur ini biasanya di temukan pada larva Hypothenemus hampei, tetapi dapat pula membunuh imagonya dalam waktu yang singkat. Akan tatepi kelemahannya adalah jamur-jamur ini tidak dapat menyebar lebih jauh dari tempat infeksinya dan dapat menyebabkan kematian dalam jumlah besar. Jamur ini tidak efektif pada musim kemarau.
3.2.2 Hama Buah Kakao (Hypothenemus)
Tribolium casteneum merupakan salah satu hama gudang. Tribolium casteneum merusak biji yang telah rusak atas beras pecah sehingga menimbulkan bau tengik. Tribolium casteneum dikenal sebagai kumbang tepung. Tribolium casteneum menyerang beras, jagung, sorghum tepung terigu, kakao, kopra, kacang tanah, gaplek dan remapah-rempahan. Pada material yang keras hama ini biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada hama lain atau adanya kerusakan mekanis. Oleh karena itu, Tribolium casteneum termasuk hama sekunder.
Tibolium casteneum pada fase imago memiliki bentuk pipih, memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya merah kecoklatan sampai coklat gelap. Tribolium casteneum  bentuk sungut kapitat atau tiga ruas sungut bagian ujung membesar secara mendadak. Mata dari Tribolium casteneum tidak tertutup dan terdiri dari  3-4 mata faset. Telur dari Tribolium casteneum berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,5 mm. Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung abdomen terdapat tonjolan berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Panjang larva sekitar 5-6 mm. Larva memiliki tungkai thorakal ayng digunakan untuk bergerak. Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan, panjang 3-5 mm.
Pada  suhu optimal 30oC, dan perkembangan telur hingga dewasa berkisar 24-35 hari. Seekor betina Tribolium casteneum dapat meletakkan telur hingga 450 butir, yang diletakkan secara acak. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Stadia telur 5-12 hari. Setelah larva menetas larva dapat bergerak aktif pada tepung maupun material makanan karean memiliki 3 pasang kaki thorakal. Pada fase larva Tribolium casteneum mengalami pergantian kulit 6 sampai 11 kali. Menjelang masa pupa larva naik ke permukaan material tersebut. Setelah menjadi imago, kembali masuk dalam material. Imago Tribolium casteneum mampu hidup sampai tiga tahun.
Pengendalian yang paling efektif adalah dengan sanitasi dan pengemasan, tetapi  masih diperlukan alternatif pengendalian yang lain. Kebutuhan tindakan  pengendalian perlu ditunjang dengan pengetahuan biologi hama, preferensi hama  terhadap media dan perubahan tepung akibat infestasi hama.
3.2.3 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya.
Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus zeamays). Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008). Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar.
3.2.4 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Anonim, 2008 ).Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama.
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan.
3.2.5 Hama Kacang Hijau (Lasioderma serricarne)
Morfologi
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Callosobruchus chinensis L. berbentuk bulat telur sampai cembung. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Callosobruchus chinensis L.warna coklat terdapat pada thoraknya.
Kepala Callosobruchus chinensis L. relatif kecil dan bagian belakang (posteror) abdomen lebih lebar. Satu ruas abdomen terakahir nampak terlihat seluruhnya atau sebagian. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Kaki belakangnya bergigi dua buah dan bentuk mata seperti tapal kuda.
 Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Larva Callosobruchus chinensis L. tidak bertungkai, berwarna putih dan pada kepala agak kecoklatan.
Siklus Hidup
Imago Callosobruchus chinensis L.betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Larva selanjutnya berkembang dalam biji.
Sebelum manjadi pupa larva membuat lubang pada biji untuk keluarnya imago. Stadium larva sekitar dua minggu Lama stadia pupa adalah 4-6 hari. Kemudian pupa berubah menjadi Imago. Imago Callosobruchus chinensis L.mempunyai daur hidup yang pendek, pada kondisi optimum hanya bertahan paling lama 12 hari.
Penanganan
Pengendalian hama ini yakni melalui pengaturan suhu, kelembaban dalam tempat penyimpanan untuk menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan serangga, membangun tempat penyimpanan berbahan dasar pasir, tanah liat dankayu jati untuk melindungi biji-bijian sesuai skala penyimpanan, tambahkan bahan dari tumbuhan seperti bibit neem, daun neem, dan minyak neem karena mengandung senyawa kimia penolak hama dalamsimpanan. Pemanfaatan patogen hama gudang misalnya bakteri Bacillusthuringiensis dengan aplikasi secara langsung pada komoditas simpananatau aplikasi dengan cara disebarkan pada perangkap. pemanfaatan musuh alami (predator dan parasitoid) pada tempatpenyimpanan, dan penggunaan genotipe tahan terhadap serangan hama pasca panen.
3.3.6 Hama Kacang Tanah (Tribolium casteneum)
Gambaran Umum
Tribolium casteneum merupakan salah satu hama gudang. Tribolium casteneum merusak biji yang telah rusak atas beras pecah sehingga menimbulkan bau tengik. Tribolium casteneum dikenal sebagai kumbang tepung. Tribolium casteneum menyerang beras, jagung, sorghum tepung terigu, kakao, kopra, kacang tanah, gaplek dan remapah-rempahan. Pada material yang keras hama ini biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada hama lain atau adanya kerusakan mekanis. Oleh karena itu, Tribolium casteneum termasuk hama sekunder.
Morfologi 
            Tribolium casteneum pada fase imago memiliki bentuk pipih, memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya merah kecoklatan sampai coklat gelap. Tribolium casteneum  bentuk sungut kapitat atau tiga ruas sungut bagian ujung membesar secara mendadak. Mata dari Tribolium casteneum tidak tertutup dan terdiri dari  3-4 mata faset. Telur dari Tribolium casteneum berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,5 mm. Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung abdomen terdapat tonjolan berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Panjang larva sekitar 5-6 mm. Larva memiliki tungkai thorakal ayng digunakan untuk bergerak. Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan, panjang 3-5 mm.
Siklus Hidup
Pada  suhu optimal 30oC, dan perkembangan telur hingga dewasa berkisar 24-35 hari. Seekor betina Tribolium casteneum dapat meletakkan telur hingga 450 butir, yang diletakkan secara acak. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Stadia telur 5-12 hari. Setelah larva menetas larva dapat bergerak aktif pada tepung maupun material makanan karean memiliki 3 pasang kaki thorakal. Pada fase larva Tribolium casteneum mengalami pergantian kulit 6 sampai 11 kali. Menjelang masa pupa larva naik ke permukaan material tersebut. Setelah menjadi imago, kembali masuk dalam material. Imago Tribolium casteneum mampu hidup sampai tiga tahun.
Penanganan
Pengendalian yang paling efektif adalah dengan sanitasi dan pengemasan, tetapi  masih diperlukan alternatif pengendalian yang lain. Kebutuhan tindakan  pengendalian perlu ditunjang dengan pengetahuan biologi hama, preferensi hama  terhadap media dan perubahan tepung akibat infestasi hama.
3.2.7 Hama Kedelai (Callosobruchus chinensis)
Ukuran tubuh Kumbang kedelai (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang kedelai (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang.
Gejala serangan Kumbang kedelai (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras. Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
            Sebagian besar hama gudang merupakan ordo coleopteran (serangga). hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan. Sedangkan cara untuk mengatasinya dapat melalui cara kimia, biologi, dan mekanik. Selain itu Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        Hama gudang adalah serangga hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil panen. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera.
2.        Pada umumnya morfologi Hama Kumbang terdiri dari Caput, Antena, Alat    mulut, Mata mejemuk, Thorax, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Abdomen dan Sayap.
3.        Pengendalian hama gudang secara umum yaitu dengan menjemur melakukan serta fumigasi terhadap bahan pangan yang akan di simpan dalam gudang.

4.2  Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu sebaiknya kebersihan laboratorium di jaga dengan baik. Agar para praktikan dapat mengikuti praktek dengan nyaman. Sehingga dalam pelaksanaan praktikum juga lebih efektif.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pesticides and Humid Tropical – Grain Stroge System. Proceedings of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30 Maros, 1985. Aciar Proceedings No. 41. Kartasaputra. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar,
Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) dan Strategi pengendaliannya. Litbang Pertanian 23(4).
Rentikol, 2008. Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan Lasioderma serricorne F (Coleoptera; Anobiidae) di Laboratorium.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Wagianto. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar,